TEKNIK PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI
C. APLIKASI HERBISIDA
( Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)
Disusun oleh
Kelompok 3
Kelas A
A.Jerry Wirawan (0914013001)
Eva Dwi Rahma (0914013022)
Husna Fii Karisma Jannah (0914013026)
Metha Deviana (0914013039)
Wanty Pristiarini (0914013056)
Rezma nurmei winda (0714041050)
Maria teofani (0714041041)
Ardy M Sarasih (0814013089)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma.
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik.
1. Herbisida kontak, mematikan jaringan gulma yang terkena. Herbisida,
diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau semusim, misalnya ceplukan (Physalis angulata), babadotan (Ageratum conyzoides) dan bayam duri (Amaranthus spinosa).
2. Herbisida sistemik, diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan
pembuluh kemudian ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga gulma mengalami kematian total. Cara aplikasi herbisida dengan penyemprotan melalui daun atau penyiraman ke akar tanaman. Efektif untuk gulma tahunan (perennial weed), misal alang-alang, teki dan sembung darat.
Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika
digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas – tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
- Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
- Cuaca cerah waktu menyemprot.
- Tidak menyemprot menjelang hujan.
- Keringkan areal yang akan disemprot.
- Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
- Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida
Metsulfuron.
B. Tujuan percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1. Agar mahasiswa dapat memahami cara aplikasi herbisida yang benar
2. Agar mahasiswa dapat menilai respon gulma terhadap herbisida yang diaplikasikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan gulma. Reaksi yang ditimbulkan herbisida pada gulma berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan aktif herbisida dan morfologi gulma yang akan dikendalikan (Tjitrosoedirdjo, et al, 1984).
Herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida sistemik dan herbisida kontak. Berdasarkan waktu aplikasi, herbisida dibedakan menjadi herbisida pra tanam, pra tumbuh dan puma tumbuh (Moenandir, 1988).
Aplikasi herbisida berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mematikan langsung jaringan yang terkena herbisida terutama yang berwarna hijau. Herbisida sistemik adalah herbisida yang setelah diserap kemudian ditranslokasikan ke seluruh tubuh. (Moenandir, 1988).
Teknik pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida lebih sering digunakan karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya. (Sukman dan Yakup, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press.
Jakarta.
Sukman yakub, yernelis. 1995. Gulma dan teknik pengendaliannya. Fakultas
pertanian universitas sriwijaya, palembang.
Tjitrosoedirjo, I. H. Utomo dan J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolaan Gulma
diPerkebunan. P. T. Gramedia. 199 hal.
III. BAHAN DAN METODE
A. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : herbisida, nosel merah, meteran, ember, gelas ukur, tangki sprayer dan air.
B. Metode Kerja
Adapun metode yang dikerjakan dalam praktikum ini, antara lain :
1. Disiapkan satu jenis herbisida dan ditentukan dosis aplikasi yang akan dipakai
2. Sebelum herbisida diaplikasikan, dikalibrasikan terlebih dahulu dengan metode luas dan dianalisis vegetasi dengan metode visual
3. Ditentukan luas petakan yang akan disemprot dan dihitung kebutuhan herbisida dan larutan semprot untuk luasan tersebut
4. Disemprotkan larutan herbisida yang tersedia ke areal yang telah ditentukan.Masing-masing kelompok mempunyai 3 areal yang akan diaplikasi yang berfungsi sebagai ulangan ( 3 ulangan)
5. Diamati gejala keracunan ( perubahan bentuk dan warna daun ) yang terjadi selama pada 3 hari setelah aplikasi, 1 minggu setelah aplikasi, 2 dan 3 minggu setelah aplikasi
6. Dilakukan analisis vegetasi dengan metode visual pada setiap pengamatan dengan mendata presentase penutupan setiap spseies gulma dan penutupan total gulma yang hidup
7. Dicatat data yang diperoleh dalam laporan sementara.
C. Perhitungan
Volume semprot
Larutan yang terpakai
= Larutan sebelum diaplikasikan - sisa larutan setelah diaplikasikan
= 3000 ml – 1620 ml
= 1380 ml
= 1,38 liter
Volume semprot/ hektar
= (Luas tanah 1 hektar : Luas petak contoh) x Larutan yang terpakai
= (10.000 m2 : 40 m2) x 1,38 liter
= 250 x 1,38 liter
= 345 liter/ hektar
Analisis vegetasi
DM Cynodon dactylon = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 15 +50 + 50
= 115
DM Asystasia sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 40 + 15 + 30
= 85
DM Imperata cylindrica = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 20 + 20
= 40
DM Mikania sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 15 + 0 + 0
= 15
DM Tali putri = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 5 + 0 + 0
= 5
DM Axonopus .C = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 25 + 0 + 0
= 25
DM Mimosa sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 15 + 0
= 15
TOTAL DM seluruh gulma = 115 + 85 + 40 + 15 + 5 + 25 + 15 = 300
DN Cynodon dactylon = DM : Total DM
= 115 : 300
= 0,4
DN Asystasia sp = DM : Total DM
= 85 : 300
= 0,28
DN Imperata cylindrica = DM : Total DM
= 40 : 300
= 0,13
DN Mikania sp = DM : Total DM
= 15 : 300
= 0,05
DN Tali putri = DM : Total DM
= 5 : 300
= 0,01
DN Axonopus C = DM : Total DM
= 25 : 300
= 0,08
DN Mimosa sp = DM : Total DM
= 15 : 300
= 0,05
KM Cynodon dactylon = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 3 + 10 + 10
= 23
KM Asystasia sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 8+ 3 + 6
= 17
KM Imperata cylindrica = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 4 + 4
= 8
KM Mikania sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 3 + 0 + 0
= 3
KM Tali putri = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 1 + 0 + 0
= 1
KM Axonopus c = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 5 + 0 + 0
= 5
KM Mimosa sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 3 + 0
= 3
TOTAL KM seluruh gulma = 23 + 17 + 8 + 3 + 1 + 5 + 3
= 60
KN Cynodon davtylon = KM : Total KM
= 23 : 60
= 0,4
KN Asystasia sp = KM : Total KM
= 17 : 60
= 0,28
KN Imperata cylindrica = KM : Total KM
= 8 : 60
= 0,13
KN Mikania sp = KM : Total KM
= 3 : 60
= 0,05
KN Tali putri = KM : Total KM
= 1 : 60
= 0,01
KN Axonopus c = KM : Total KM
= 5 : 160
= 0,08
KN Mimosa sp = KM : Total KM
= 3 : 60
= 0,05
FM Cynodon davtylon = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 3
FM Asystasia sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 3
FM Imperata cylindrica = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 2
FM Mikania sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Tali putri = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Axonopus c = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Mimosa sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
TOTAL FM seluruh gulma = 3 + 3 + 2 + 1 + 1+ 1 + 1
= 12
FN Cynodon davtylon = FM : Total FM
= 3 : 12
= 0,25
FN Asystasia sp = FM : Total FM
= 3 : 12
= 0,25
FN Imperata cylindrica = FM : Total FM
= 2 : 12
= 0,17
FN Mikania sp = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Tali putri = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Axonopus c = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Mimosa sp = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
NP Cynodon davtylon = KN + DN + FN
= 0,4 + 0,4 + 0,25
= 1,05
NP Asystasia sp = KN + DN + FN
= 0,28 + 0,28 + 0,25
= 0,81
NP Imperata cylindrica = KN + DN + FN
= 0,13 + 0,13 + 0,17
= 0, 43
NP Mikania sp = KN + DN + FN
= 0,05+ 0,05 + 0,08
= 0,18
NP Tali putri = KN + DN + FN
= 0,01 + 0,01+ 0,08
= 0,1
NP Axonopus c = KN + DN + FN
= 0,08 + 0,08 + 0,08
= 0, 24
NP Mimosa sp = KN + DN + FN
= 0,05 + 0,05 + 0,08
= 0,18
SDR Cynodon davtylon = NP : Jumlah peubah nisbi
= 1,05 : 3
= 0.35 atau 35%
SDR Asystasia sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,81 : 3
= 0.27 atau 27 %
SDR Imperata cylindrica = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,43 : 3
= 0.14 atau 14 %
SDR Mikania sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,18 : 3
= 0.06 atau 6 %
SDR Tali putri = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,1 : 3
= 0.03 atau 3 %
SDR Axonopus c = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,24 : 3
= 0,08 atau 8%
SDR Mimosa sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,18 : 3
= 0.06 atau 6%
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tabel 1.1 Analisis vegetasi
Jenis gulma | Dominansi | Kerapatan | DM | DN | KM | KN | FM | FN | NP | SDR | Urutan Ke- | ||||
Ulangan | Ulangan | ||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | ||||||||||
1 | 15 | 50 | 50 | 3 | 10 | 10 | 115 | 0,4 | 23 | 0,4 | 3 | 0,25 | 1,05 | 0,35 | 1 |
2 | 40 | 15 | 30 | 8 | 3 | 6 | 85 | 0,28 | 17 | 0,28 | 3 | 0,25 | 0,81 | 0,27 | 2 |
3 | - | 20 | 20 | - | 4 | 4 | 40 | 0,13 | 8 | 0,13 | 2 | 0,17 | 0,43 | 0,14 | 3 |
4 | 15 | - | - | 3 | - | - | 15 | 0,05 | 3 | 0,05 | 1 | 0,08 | 0,18 | 0,06 | 5 |
5 | 5 | - | - | 1 | - | - | 5 | 0,01 | 1 | 0,01 | 1 | 0,08 | 0,1 | 0,03 | 7 |
6 | 25 | - | - | 5 | - | - | 25 | 0,08 | 5 | 0,08 | 1 | 0,08 | 0,24 | 0,08 | 4 |
7 | - | 15 | - | - | 3 | - | 15 | 0,05 | 3 | 0,05 | 1 | 0,08 | 0,18 | 0,06 | 6 |
Total | | | | | | | 300 | 1 | 60 | 1 | 12 | 0,99 | | 0,99 | |
Keterangan :
1. Cynodon dactylon
2. Asystasia sp
3. Imperata cylindrica
4. Mikania sp
5. Tali putri
6. Axonopus c
7. Mimosa sp
Tabel 1.2 Gejala keracunan herbisida pada 3 hari setelah aplikasi
Jenis gulma | 3 Hari setelah aplikasi | Keterangan |
Cynodon dactylon | | Timbul bercak hitam pada daun |
Asystasia sp | | Timbul bercak keputihan pada daun |
Imperata cylindrica | | Timbul warna kecoklatan pada daun |
Tali putri | - | Tidak terdapat tali putri |
Mikania sp | | Belum menunjukkan adanya gejala keracunan pada daun |
Axonopus compressus | - | Tidak terdapat Axonopus compressus |
Mimosa sp | | Belum menunjukkan adanya gejala keracunan pada daun |
Tabel 1.3 Gejala keracunan herbisida pada 1 minggu setelah aplikasi
Jenis gulma | 3 Hari setelah aplikasi | Keterangan |
Cynodon dactylon | | Sudah menunjukkan kematian gulma |
Asystasia sp | | Timbul bercak kekuningan pada daun |
Imperata cylindrica | | Warna coklat hampir menutupi seluruh permukaan daun |
Tali putri | - | Tidak terdapat tali putri |
Mikania sp | | Belum menunjukkan adanya gejala keracunan pada daun |
Axonopus compressus | - | Tidak terdapat Axonopus compressus |
Mimosa sp | | Belum menunjukkan adanya gejala keracunan pada daun |
Tabel 1.4 Perbandingan antara ulangan 1, 2, dan 3
Waktu setelah aplikasi | Kontrol | Ulangan 1 ( pohon kelapa) | Ulangan 2 ( Pohon biasa) |
3 hari setelah aplikasi | | | |
1 minggu setelah aplikasi | | | |
Tabel 1.5 Perbandingan antara lahan kelompok 3 yang disemprot dengan herbisida kontak dengan lahan kelompok 4 yang disemprot dengan herbisida sistemik
Lahan kelompok 3 ( herbisida kontak) | Lahan kelompok 4 ( herbisida sistemik) |
| |
B. Pembahasan
Dalam praktikum ini, telah dilakukan analisis vegetasi, gulma yang mendominasi pada ketiga lahan tersebut adalah Cynodon dactylon, Asystasia sp, dan Imperata cylindrica. Pada praktikum ini, volume semprot yang digunakan adalah sesuai dengan volume semprot pada praktikum kalibrasi minggu lalu, yaitu 345 liter/ha.
Pada praktikum ini, herbisisda yang digunakan adalah herbisida kontak. Yakni menggunakan herbisida Raft. Herbisida ini ketika disemprotkan ke gulma, maka tidak dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh gulma, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti berubahnya warna dan bentuk daun.
Pada praktikum ini, gulma tali putri dan Axonopus compressus ketika dilakukan analisis vegetasi masih ada, namun pada saat dilakukan pengamatan 3 hari setelah aplikasi, kedua gulma tersebut sudah tidak ada. Hal ini terjadi, mungkin dikarenakan dicabutnya kedua gulma tersebut oleh orang lain secara sengaja. Sehingga pada kedua gulma ini tidak bisa dilakukan pengamatan.
Apabila dibandingkan dengan kelompok 4 yang menggunakan herbisida sistemik, maka sangat jelas terlihat perbedaannya. Lahan kelompok 4 yang menggunakan herbisida sistemik, lebih efektif dalam mematikan gulma dibanding dengan menggunakan herbisida kontak. Hal ini dikarenakan, herbisida sistemik dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh gulma, sehingga gulma dapat mati secara keseluruhan.
Pada lahan kelompok kami, masih saja ada gulma yang terbebas dari semprotan gulma, sehingga tidak menunjukkan adanya keracunan pada gulma tersebut.Hal ini dikarenakan kurang efisiennya kelompok kami dalam menyemprotkan gulna pada tiap-tiap lahan.
Herbisida raft, merupakan Herbisida berbahan Aktif : Oxadiargyl 600 g/l. Raft adalah herbisida jenis kontak, untuk mengontrol rumput, rumput liar liar berdaun lebar dan juga sedges.
V. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan herbisida sistemik.
2. Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau
3. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya
4. Aplikasi herbisida kontak, menunjukkan gejala perubahan warna pada daun, karena gulma terganggu proses fotosintesis nya
5. Lahan kelompok kami dengan kelompok 4 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Lahan kelompok 4, gulma yang mati lebih banyak dibanding gulma yang tidak terkena herbisida.
6. Herbisida kontak yang digunakan hanya menyebabkan kematian pada gulma Cynodon dactylon saja, dan belum menunjukkan kematian pada gulma yang lainnya
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar