Senin, 09 Januari 2012

laporan 7






PENGENALAN HAMA PENTING KOPI DAN KAKAO
( Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)



OLEH
WANTY PRISTIARINI
0914013056





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN



A. Latar belakang

Prospek pemasaran kakao di luar negeri yang baik dan konsumsi kakao di dalam negeri yang terus meningkat maka usaha perluasan dan peningkatan produksi kakao terus berlangsung.  Dalam pengembangan tanaman kakao selalu mendapatkan kendala serangan hama dan penyakit. Sampai tahun 1993, yang menjadi hama utama tanaman kakao adalah kepik penghisap buah kakao Helopeltis theobromae.  Sejak September 1994 ditambah lagi masalah hama, yaitu masuknya penggerek buah kakao (PBK).  Hama PBK itu telah diketahui sebagai hama penting pada pertanaman kakao di Filipina, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Jawa, Sumatera Utara, dan Sabah (Malaysia). Akibat serangan PBK dapat menurunkan produksi sampai 80% dan kerusakan biji sampai 82%, sehingga ditakuti oleh petani dan pengusaha perkebunan kakao.Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK berupa rusaknya biji, mengeriputnya biji dan timbulnya warna gelap pada kulit biji.  Hal itu berarti turunnya berat dan mutu produk.   Kerugian yang disebabkan oleh PBK merupakan resultante dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya biaya panen karena pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu lama.

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukuppenting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,sumber pendapatan dan devisa negara. Perkebunan kopi mampu menyediakanlapangan kerja dan pendapatan kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani danmenghasilkan devisa lebih dari US$ 500 juta/tahun pada periode 1994-1998. Predikat kopi Sidikalang yang diolah dari kopi robusta pernah mencapai masa kejayaan, bahkan secara ekonomis mengangkat harkat masyarakat .Belakangan ini popularitas kopi Sidikalang semakin surut seiring fluktuasi harga dan rendahnya produksi, akibatnya petani beralih ke tanaman kopi jenis arabika.
Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyakjenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama padatanaman kopi yang tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama utama kopi, yaitu: hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei,penggerek cabang hitam Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklatXylosandrus morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merahZeuzera coffea.Di 70 negara yang termasuk daerah tropis lembab, kopi (Coffea spp,Rubiaceae) merupakan komoditas pertanian yang penting. Produksinya telahmeningkat selama dekade terakhir melalui penggunaan varietas unggul, pupuk danjumlah tanaman.

B. Tujuan percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1.      Agar mahasiswa mengetaui bentuk dan gejala serangan hama penting tanaman kopi dan kakao.
2.      Agar mahasiswa memahami bagaimana cara pengendalian yang tepat untuk diterapkan pada hama penting tanaman kopi dan kakao.






















II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama Kopi Arabika Ramah Lingkungan 434 mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Untuk mengatasi masalah penurunan produktivitas dan mutu kopi di Indonesia, petani masih mengandalkan penggunaan insektisida. Penggunaan insektisida sintetik disamping meninggalkan residupada produk, juga dapat membunuh parasitoid hama penggerek buah kopi yaitu Cephalonomiastephanoderis Betr.; Prorops nasuta Waterston (Hymenoptera, Bethylidae) dan Heterospilus coffeicolaSchm. (Hymenoptera: Braconidae) yang terdapat pada ekosistem yang sama dengan hama H. hampei(Barerra et al., 1990 dan Kalshoven, 1981).
Padahal keberadaan parasitoid tersebut pentingdipertahankan, karena dapat menekan hama secara alami. Selain itu penggunaan insektisida kimia diduga kurang efektif karena hampir semua stadium perkembangan serangga berada dalam buah.Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namunpada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak,tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi.Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjaditidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buahyang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1994).
Pengendalian hama PBKo secara hayati saat ini sedang ditingkatkan pengembangannya diIndonesia. Hal ini terutama untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan pasar terhadap kopi organik(bio-coffee), yaitu kopi yang dihasilkan dengan diproses melalui metode alami tanpa menggunakanbahan-bahan kimia pertanian seperti pupuk anorganik, pestisida, zat pengatur tumbuh, dan semacamnya.Agens pengendalian hayati yang mempunyai prospek baik dalam mengendalikan hama PBKo adalahyang dikemas dalam bentuk pestisida hayati, pemangsa, dan parasitoid. Pestisida hayati merupakanpilihan utama untuk dikembangkan di Indonesia karena risiko yang rendah terhadap pencemaranlingkungan, mudah penggunaannya karena petani sudah terbiasa dengan berbagai alat pengendalian,khususnya alat semprot, dan harganya relatif lebih murah dibandingkan harga pestisida kimia(Mangoendihardjo dan Wagiman, 1989).
Penggunaan patogen serangga bila berhasil mengendalikan suatuhama, akan lebih memapankan patogen dalam suatu ekosistem, sehingga dapat menjadi agens pengendalian alami bagi hama sasaran (Untung dan Mangoendihardjo, 1994).
Berdasarkan perilaku hama PBKo, pengendalian yang dipandang paling potensial untukmengatasinya adalah pengendalian hayati. Agens pengendalian hayati PBKo yang sudah dikembangkan diIndonesia dan mempunyai efektivitas yang tinggi adalah Beauveria bassiana (Wiryadiputra, 1994).
Insektisida nabati yang paling prospektif untuk mengendalikan hama PBKo adalah produk-produk yangdihasilkan dari tanaman Mimba (Azadirachta indica), karena ekstrak mimba telah ditemukan efektifterhadap serangga hama (Howat, 2004).
Hama PBKo umumnya menggerek buah kopiuntuk mendapatkan makanan, berlindung dan sebagai tempat untuk kawin dan berkembang biak.Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan hama PBKo, menyebabkan buah-buah menjadi tidakberkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yangbijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil.Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa pengendalian menggunakan agens hayati B.bassiana efektif mengendalikan hama H. hampei dipertanaman kopi Arabika.
Buah yang telah berukuran panjang di atas 8 cm, dan tidak pada bagian lainnya.  Enam-tujuh hari kemudian larva ber-warna kekuningan yang panjangnya 1 mm ke-luar dari telur, langsung menggerek kedalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan daging buah.  Pada buah yang relatif muda hal itu menyebabkan biji melekat pada kulit buah dan melekat satu sama lain, sedang pada buah matang tidak me-nimbulkan kerusakan berarti pada biji tapi dapat menurunkan mutu biji.   Gerekan pada buah muda menyebabkan biji tidak berkem-bang, lebih-lebih apabila terjadi perusakan pada saluran makanan yang menuju biji (Wardojo, 1984). 
Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat muda.  Apabila hal itu terjadi, larva PBK biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik. Serangan larva PBK pada buah bagian anterior akan me-nyebabkan kerusakan lebih serius terhadap per-kembangan biji atau bahkan menyebakan pembu-sukan (Lim, 1984). 
Ia menemukan buah yang terinfeksi lebih dari 60 ekor larva per buah.  Ketika buah terserang pada saat masih muda, akan memutus perkembangan biji secara fisiologik dengan pelukaan jaringan translo-katori dan menghasilkan prematur dan pembusukan.   Tetapi jika serangan PBK pada buah selama proses pematangan dengan biji telah terbentuk sempurna tidak akan mempengaruhi hasil (larvaj arang merusak integumen biji), tetapi dapat mem-pengaruhi mutu biji. Derajat infestasi tergantung pada umur buah, total jumlah larva dan waktu peng-konsumsian oleh larva.Setelah 15-18 hari di dalam buah, larva di dalam buah, larva yang mencapai ukuran panjang 10-11 mm dan berwarna hijau pucat, membuat liang gerekan keluar, melekat pada permukaan buah atau menjatuhkan diri pada daun segar atau kering di atas tanah, lalu membuat kokon yang berwarna kuning coklat berukuran 18 mm x 8 mm dan hari berikutnya berubah menjadi kepompong.  Enam sampai delapan hari kemudian ngengat keluar dari kepompong,  Ngengat bertubuh ram-ping dan lembut, panjang tubuhnya 7 mm dan ren-tangan sayapnya 12 mm.  Perkembangan PBK sejak diletakkan sebagi telur sampai mencapai sta-dium dewasa memerlukan waktu 27-33 hari (Wardojo, 1984).

















III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil pengamatan

No.
Tanaman yang diserang
Hama yang menyerang
1
Ciri-ciri:
Kulit kakao keras dan kasar saat dipegang
Terdapat bintil berwarna hitam pada kulit kakao
Spesies : Conomorpha cramerella
Order    : Lepidoptera
Family  : Gracillaridae
2
Buah kopi yang belum dibelah
Buah kopi yang telah dibelah
Dengan ciri-ciri :
Daging buah berlubang
Volume daging buah berkurang
Terdapat warna hitam pada daging buah kopi
Hama buah kopi jika dilihat dari samping
Spesies : Hypothenemus hampei
Order    : Coleoptera
Family  : Scolytidae
Hama buah kopi yang dilihat dibawah mikroskop

3
Ciri-ciri:
Terdapat bintik hitam pada permukaan kulit buah kakao
Spesies : Helopeltis spp.
Order    : Hemiptera
Family   : Miridae

B.     Pembahasan
Taksonomi Conopomorpha cramerella :
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Lepidoptera
Keluarga          :           Gracillariidae
Genus              :           Conopomorpha
Spesies            :           C. cramerella
Nama binomial:           Conopomorpha cramerella (Snellen, 1904)
Penggerek buah kakao memiliki fisiologi seperti larva panjangnya sekitar 1 cm, tubuh bergaris, memiliki abdomen, dan alat pembuangan. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 – 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama seperti umumnya serangga lain yaitu : telur, larva, pupa dan imago (Hase, 2009).
Siklus hidupnya dimulai dari. Telur telur berwarna kuning jingga berbentuk lonjong pipih dan ber-ukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu per satu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. Enam-tujuh hari kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm ke-luar dari telur, langsung menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan daging buah. Pada buah yang relatif muda hal itu menyebabkan biji melekat pada kulit buah dan melekat satu sama lain, sedang pada buah matang tidak me-nimbulkan kerusakan berarti pada biji tapi dapat menurunkan mutu biji. Gerekan pada buah muda menyebabkan biji tidak berkem-bang, lebih-lebih apabila terjadi perusakan pada saluran makanan yang menuju biji. Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat muda. Apabila hal itu terjadi, larva PBK biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik. Serangan larva PBK pada buah bagian anterior akan me-nyebabkan kerusakan lebih serius terhadap per-kembangan biji atau bahkan menyebakan pembu-sukan (Hase, 2009).
Tanaman inang dari penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) adalah tanaman kakao, dan tanaman-tanaman disekitarnya, yang dapat memungkinkan induk ngengat dapat tumbuh menjadi ngengat dewasa.
Gejala baru tampak dari luar setelah ma-tang di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).
Pada pengamatan praktikum morfologi hama pengerek buah kakao (Conoomorpha cramerela) diperoleh bahwa hama ini memiliki kepala, mata, abdomen, anus, dan bergerak aktif dalam buah kakao. Morfologi pada penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) terdiri atas caput, thorax, abdomen, tungkai thoraksial, tungkai semu, mata faset, dan mulut (Hase,2009).
Pada pengamatan praktikum gejala serangan yang ditimbulkan pada buah kakao yang terserang buah akan rusak, tampak berwarna kuning kehitam-hitaman pada kulit, pada bagian dalam buah melengket, menyatu dengan kulit, dan bijinya rusak dan berwarna hitam. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) adalah melubangi kulit buah dan mengeluarkan lendir sehingga kulit buah menjadi berwarna kecoklatan. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), merupakan ordo coleoptera. pada umumnya banyak didapat di dalam buah kakao (Theobrema cacao) untuk melangsungkan kehidupannya (Matnawy, 2001).
Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya dilakukan dengan : (1) karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK; 2) pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen; (3) mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam; (4) penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.; (5) cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.;(6)pengendalian secara kultur teknis (P3S)

Taksonomi Hypothenemus hampei     :
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Coleoptera
Keluarga          :           Curculionidae
Genus              :           Hypothenemus
Spesies            :           H. hampei
Nama binomial:           Hypothenemus hampei ( Ferrari , 1867)
Fisiologi
Para larva berwarna putih, dengan kepala coklat dan panjang 0,7-2,2 mm dan lebar 0,2-0,6 mm. Wanita memiliki tahap larva dua dan laki-laki hanya satu. Mereka memiliki yang kuat rahang , dan fase larva mereka berlangsung 10 sampai 26 hari. Para kepompong yang kekuningan, dengan panjang 0,5-1,9 mm. Para orang dewasa adalah kumbang hitam kecil. Betina 1,4-1,8 mm. Laki-laki yang lebih kecil, 1,2-1,6 mm. Kumbang betina dapat terbang jarak pendek, pria yang tidak memiliki sayap. Wanita memiliki 4-6 gigi di margin frontal pronotum . H. hampei bingung kadang-kadang dengan penggerek palsu ( H. obscurus atau H. seriatus ) dan Xylosandrus (Scolytidae), tetapi spesies ini tidak memasukkan biji kopi endosperma . Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei ) merupakan anggota dari ordo coleopteran yang memiliki tipe mulut mandibulata dan bermetamorfosis sempurna.
Bagian yang umumnya diserang adalah bagian buah kopi yang sudah cukup matang. Serangga hama masuk PBko ke dalam buah kopi melalui ujung buah bagian tengah di dekat diskus. Buah yang terserang apabila dilihat dari dekat tampak berlubang. Apabila dipecah akan terlihat biji kopi hitam dan berlubang. Hasil yang diperoleh akan menghasilkan biji berlubang. Buah kopi yang terserang PBKo dapat berupa serangan pada buah muda menyebabkan buah mengering dan gugur. Serangan berat pada buah yang cukup tua menyebabkan bagian dalam biji rusak sedangkan dari luar buah tetap berkembang normal. Serangan ringan menyebabkan biji kopi cacat berlubang dan bermutu rendah Siklus hidup hama penggerek buah kopi, Telur (30-50 butir) setelah 5 hari menetas menjadi Larva. Larva, setelah 10 hari berubah jadi Pupa. Pupa, setelah 7 hari berubah menjadi hama dewasa. Hama dewasa, umur jantan 105 hari dan umur betina 185 hari.
PBKo dapat dikendalikan dengan cara:
Mekanis : yaitu membersihkan buah-buah yang jatuh di bawah pohon dan memanen buah yang sudah terserang untuk meniadakan/memutus siklus hidup hama.
Kultur Teknis : dengan menanam pohon pelindung.
Biologis : dengan penyemprotan jamur Beauvaria bassiana.
Hayati: Sebagian besar jenis serangga dan semua jenis laba-laba adalah musuh alami PBKo. Beuvaria bassiana bersifat patogen terhadap PBKo.
Teknis : Lelesan, yaitu memungut semua buah kopi yang jatuh di tanah. Dilakukan pada akhir masa panen. Racutan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Buah kopi yang terkumpul direndam di dalam air panas selama + 5 menit.

Taksonomi Helopeltis spp       :
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Hemiptera
Keluarga          :           Miridae
Genus              :           Helopeltis
Spesies            :           spp
Nama binomial:           Helopeltis spp
Selain menyerang buah, serangga ini juga menyerang pucuk tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, sedangkan serangan pada buah muda dan pucuk dapat menyebabkan kematian pucuk dan buah muda tersebut. Perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa 21-24 hari (Gambar 18). Telur berwarna putih berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun, buah atau ranting. Lama periode telur 6-7 hari.
Kepik penghisap buah (Helopeltis spp) merupakan anggota dari ordo hemiptera dengan tipe mulut haustelata dan metamorphosis paurometabola. Pada umumnya bagian yang diserang adalah bagian buah. Hama ini bertubuh kecil ramping, betina dewasa meletakkan telur 67-229 butir. Haina ini merusak daun muda, tangkai daun, pucuk, dan buah yang mendekati matang. Gejala berupa bekas tusukan berwarna hitam, kulit buah mengeras dan kering, serangan pada buah muda, buah kering dan mudah rontok. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Daur hidup hama Helopelthis antonii yaitu telur
yang berwarna putih krem berbentuk lonjong. Diletakkan pada pucuk daun dan jaringan muda yang masih lunak. Nimfa
ganti kulit lima kali. Dewasa mampu bertelur hingga 200 butir. Waktu makannya biasanya pagi dan sore. Kehidupannya juga terpengaruh cahaya, sehingga bila terlalu terang dan panas, nimfa muda akan pergi ke pupus dan dewasanya ke sela-sela daun yang berada di sebelah dalam, lebih menyukai tempat yang gelap.
Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15>15% penyemprotan dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
Pengendalian dengan Musuh Alami, parasitoid : Euphurus hclopeltianus, cacing parasit pada nimfa : agianarata paradacamadata, patogen: Metharizium anisopliae, Beauveria bassiana, predator: Coccineiia sp, semut hitam (D. bittfbēreufatus), semut rangrang (Occophyih smaragdina), burung kapinis (Collocalia esculent a) Pengendalian dengan Insektisida Nabati : Belerang + gadung + air, kemudian disaring dan disemprotkan ke tanaman. Daun Sambiloto ditumbuk + air dan saring dan disemprotkan ke tanaman. Biji Mahoni ditambahkan abu, ditumbuk + air kemudian disemprotkan ke tanaman. Abu dapur, ditebar pada tanaman saat pertumbuhan buah. Kecubung, daun segar, pucuk, bunga, biji dihancurkan + 10 liter air + 2 sendok minyak tanah + 50 gram sabun, diamkan selama 3 jam, saring, semprotkan.







IV. KESIMPULAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain adalah :
1.      Pengendalian hama dapat dilakukan secara kultur teknik, kimia, dan hayati
2.      Tanaman kakao dan kopi memiliki beberapa hama penting yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pada saat panen.
3.      Gejala yang ditimbulkan oleh masing-masing hama berbeda satu sama lainnya.
4.      Pengendalian hama yang tepat dapat mengurangi biaya produksi yang akan dikeluarkan.
5.      Gejala kerusakan tanaman oleh hama dapat dilihat dari tipe mulut hama yang menyerang tanaman tersebut.




















DAFTAR PUSTAKA

Barrera, J.F.; D. Moore; Y.J. Abraham; A.T. Murphy & C. Prior. 1990. Biological control of
the coffeeberry borer, Hypothenemus hampei, in Mexico and possibilities for further action. BrightonCrop Protection Conference-Pests and Diseases.391-396.
Hase, 2009. Hama Penggerek Buah Kakao .http:/ ac. . Id/ kultifasi/ art/806/pdf/ Sabtu, 12
Desember 2009.
Howatt K. 2004. Azadiractha indica: On trees arsenal against pest. In: Internet, 10 Mei
2004.Colorado State University, Fort Collins, Colorado:11
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P..A.
van der Laan.P.T. Ichtiar Baru - van Hoeve. Jkt. 531-534.
Lim, G. T. 1984 b. The behavioural studies on cocoa pod borer Acrocercops cramerella
Snellen. 9th International Cocoa Research Conference, Togo. (1984): 539-542.
Matnawy, 2001. Hama Pada Tanaman Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta.
Soeparmo, 2009. Gejala Serangan Penggerek Buah kakao http:/ ac. . Id/ kultifasi/ art/806/pdf/
Sabtu, 12 Desember 2009.
Suparno, T. 1990. Perlindungan buah kakao de-ngan kantung plastik di Kebun Kakao ADC
Kurotidur.Bengkulu Utara (Tidak dipublikasi).
Untung, K. & S. Mangoendihardjo. 1994. Patologi serangga dalam system perlindungan
tanaman. P. 16-28.In E. Martono, E. Mahrub, NS. Putra & Y. Trisetyawati (Eds.). Prosiding Makalah SimposiumPatologi Serangga I. PEI Cabang Yogyakarta. Fak. Pertanian UGM. Program NasionalPHT/BAPPENAS. Yogyakarta.
Wagiman. 1999. Respon fungsional parasitoid Cephalonomiastephanoderis Betr. terhadap
Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.). PelitaPerkebunan 15(2); 101-108.
Wardojo, S. 1984. Kemungkinan pembebasan Maluku Utara daripada masalah pengg-rek
buah cokelat, Acrocercops cramerella Sn. Menara Perkebunan 52: 57-64.
Wiryadiputra. 1994. Prospek dan kendala pengembangan jamur entomopatogenik, Beauveria
Bassiana untuk pengendalian hayati hama penggerek buah kopi, Hypothenemus hampei. Pelita Perkebunan10(3): 92-99.













































LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar