Senin, 09 Januari 2012

laporan 4

IDENTIFIKASI HAMA II
( Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)




Oleh
Wanty pristiarini
0914013056



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

I.                  PENDAHULUAN



A.      Latar belakang

Pada umumnya, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan  adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian dan menjadi komoditas yang banyak tersebar diberbagai wilayah, pergiliran tanaman-tanaman hortikultura dapat dilakukan setiap tahunnya, sesuai permintaan pasar yang seringkali berubah-ubah. Demikian halnya tanaman perkebunan yang dengan sekali penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi penghasilan yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para petani.
Akan tetapi tidak jarang dalam tiap kegiatan pembudidayaannya, seringkali berhadapan dengan berbagai macam kendala diantaranya adalah serangan hama. Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, menghisap, dan menggerek.





Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain:
1.      Agar mahasiswa mampu mengidentifikasikan hama penting pada tanaman
2.      Agar mahasiswa mampu mendeskripsikan morfologi hama tersebut
3.      Agar mahasiswa mampu menggambarkan secara skematis berdasrkan ukurannya

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian hama berhubungan erat dengan kepentingan ekonomi manusia. Hama dapat didefinisikan sebagai binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian tidak semua binatang dapat berstatus sebagai hama (Mudjiono et al., 1991).
Hama adalah suatu penyebab kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tak langsung. Hama yang merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya pada tanaman yang diserang, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui penyakit (Matnawy, 1989).
Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan cara makan, bertelur, berkepompong, berlindung, atau bersarang tergantung spesiesnya. Hama melukai tanaman, menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi pendapatan petani, dan akhirnya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan pentingnya suatu hama adalah potensi atau kemampuan merusak hama tersebut. Salah satu cara merusak ialah dengan mengambil pakan baik dalam bentuk padat maupun cair menggunakan alat mulutnya. Tanda dan gejala serangan ini sangat penting dalam pekerjaan monitoring hama, karena tanda serangan tiap jenis hama khas atau spesifik sehingga keadaan suatu hama pada suatu saat dapat diketahui dengan pasti dan benar (Wagiman, 2003).


III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


1.        Kumbang  moncong












Lophobaris piperis
Keterangan
1.      Kepala (Caput)
2.      Antena
3.      Mata
4.      Mulut
5.      Sayap
6.      Tungkai depan
7.      Tungkai tengah
8.      Tungkai belakang
Morfologi
Tipe mulut : Mandibulata
Ukuran       : Besar
Tungkai      : 3 pasang
Antena        : 1 pasang
Bentuk        : lonjong

Klasifikasi
Filum  : Arthropodaii.
Kelas  : Hexapodaiii.
Ordo  : Coleopteraiv.
Famili  : Curculionidaev.
Genus  : Lophobaris
Spesies : Lophobaris piperis

Tanaman inang yang diserang
Hama ini menyerang tanaman lada
Pengendalian dan Ambang Kendali
Secara mekanik/fisik
Mengambil secara langsung serangga dewasa baik L. Piperis dijumpai pada setiap tanaman. Serangga L. piperis peka terhadap sentuhan dan getaran. Oleh karena itu mengumpulkan serangga tersebut dengan menggoyang tanaman. Serangga yang tidak terlihat akan berjatuhan dan dapat ditampung dengan kain atau tampah yang diletakkan di bawah tajuk. Untuk larva penggerek dapat dilakukan dengan cara memotong ranting ataucabang terserang. Bekas bagian tanaman yang dipotong segeradisemprot atau dibasahi dengan insektisida atau minyak/oliuntuk mencegah serangga betina meletakkan telur. MenurutSuprapto dan Suroso (1994) penutupan luka pangkasan mampumenekan serangan penggerek batang sampai 64,71%,
Secara Kimia
pengolesan luka pangkasan dengan insektisida metidation 40%dan asefat 40% mampu menekan serangan 17,65% dan 5,88%.

Secara Kultur Teknis
a.       Memupuk tanaman dengan dosis yang tidak berlebihan.Menurut Deciyanto dan Suprapto (1996) penggunaan pupuk N yang tinggi dapat meningkatkan sukulensi tanaman, sehingga tanaman lebih disukai hama untuk makan dan meletakkan telur.
b.      Melakukan penyiangan gulma secara terbatas yaitu hanyadi sekeliling pangkal batang. Tidak dianjurkan untuk melakukan penyiangan bersih, biarkan gulma berbunga tumbuh. Bunga gulma dapat dijadikan sebagai sumberpakan oleh imago parasitoid, sehingga parasitoid memiliki kemampuan hidup dan keperidian yang lebih baik.
c.       Menanam tanaman berbunga sebagai tanaman penutuptanah seperti Arachis pintoi yang dapat mengundang kehadiran musuh alami.

2.  Kepik jarak












Chrysochoris javanus Westw
Keterangan
1.      Kepala (Caput)
2.      Antena
3.      Sayap
4.      Mata
5.      Abdomen
Morfologi
Kepik mempunyai panjang badan sekitar 20 mm. Antena beruas tiga,lebih panjang dari kepala, berbentuk perisai yang khas. Metamorfosa sederhana yaitu telur– nimfa – dewasa. Siklus hidup berkisar 60 – 80 hari. Nimfa dan kepik dewasa gerakakannya lambat.
Tipe mulut : mandibulata
Tungkai     : 3 pasang
Antena       : 1 pasang
Klasifikasi
Ordo: Hemiptera
Famili: Pentatomidae
Spesies: Chrysochoris javanus Westw
Tanaman inang yang diserang
Hama ini menyerang tanaman jarak
Pengendalian
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif imidachlorpid dan MIPC. Pengendalian dengan pestisida nabati dapat menggunakan ekstrak mimba. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengumpulkan telur, nimfa dan imago kemudian dimusnahkan. Pengendalian secara kultur teknis dengan tidak menanam tanaman inanglain seperti padi, jagung, kacang-kacangan, jenis solanaceae di sekitar areal pertanaman.

3.  Ulat kantong










Metisa plana
Keterangan
1.      Kepala (Caput) merah coklat
2.      Mata
3.      Mulut
4.      Tungkai depan
5.      Tungkai tengah
6.      Tungkai belakang
7.      Abdomen
Morfologi
Ukuran panjang 12 mm, Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Badan berbulu pendek dan bulu ekor tumbuh rapat, tipe mulut menggigit mengunyah.
Klasifikasi
Ordo: Lepidoptera
Famili: Psychidae
Spesies: Metisa plana
Tanaman inang yang diserang
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit

Biologi
Ciri khas ulat kantong adalah hidupnya di dalam sebuah bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang, di sekitar daerah serangan. Ciri khas yang lain yakni pada bagian tubuh dewasa betina kebanyakan spesies ulat kantong mereduksi dan tidak mampu untuk terbang. Jantan memiliki sayap dan akan mencari betina karena bau feromon yang dikeluarkan betina untuk menarik serangga jantan.
Stadia ulat M. plana terdiri atas 4-5 instar dan berlangsung sekitar 50 hari. Pada waktu berkepompong, kantong kelihatan halus permukaan luarnya, berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari.
Ngengat M. plana betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Telur menetas dalam waktu 18 hari. Ulat berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. corbetti yakni pada akhir perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang kantong 15-17 mm.
Pengendalian
Pengendalian Biologi
Parasitoid
Parasitoid memiliki potensi untuk mengendlikan hama secara biologi. Manipulasi lingkungan yang tepat untuk mengendalikan hama ini karena tindakan ini akan memodifikasi lingkungan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan musuh alami.Parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi M. plana. Diantara parasitoid primer, Goryhus bunoh, hidup paling lama (47 hari) sedangkan hiperparasitoid yang hidup paling lama adalah P. imbreus. Dolichogenidea metesae merupakan parasitoid paling penting (Basri et al., 1995) yang berkembang baik pada tanaman Cassia cobanensis, termasuk Asystasia intrusa, Crotalaria usaramoensis, dan Euphorbia heterophylla. Kecuali A. intrusa, keberadaan tanaman ini akan bermanfaat karena memberikan nektar untuk parasitoid.
Bacillus thuringiensis
Penggunaan Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai insektisida biologi mempunyai banyak keuntungan; toksisitasnya hanya pada serangga target, dan umumnya tidak membahayakan musuh alami, manusia, ikan dan kehidupan lain. Meskipun telah ada percobaan oleh beberapa kebun dalam menggunakan Bt untuk pengendalian ulat kantong, tetapi hanya sedikit keberhasilannya.
Pengendalian Secara Kimiawi
Ulat kantong dapat dikendalikan dengan penyemprotan atau dengan injeksi batang menggunakan insektisida. Untuk tanaman yang lebih muda (< umur 2 tahun), knapsack sprayer dapat digunakan untuk penyemprotan. Untuk tanaman lebih dari 3 tahun, aplikasi insektisida dapat menggunakan fogging atau injeksi batang. Monocrotophos dan methamidophos merupakan dua insektisida sistemik yang direkomendasikan untuk injeksi batang (Hutauruk dan Sipayung, 1978). Karena bahan bakunya adalah bahan kimia yang sangat berbahaya, ijin harus diperlukan dari Komisi Pestisida untuk tujuan dan cara aplikasi dan saat ini sudah tidak dikeluarkan.                                                                                                                                               

4.        Kutu kebul















Bemisia tabaci
Keterangan
1.      Kepala (Caput)
2.      Antena
3.      Mata
4.      Sayap
5.      Abdomen
6.      Tungkai depan
7.      Tungki tengah
8.      Tungkai belakang
Morfologi
Imago tubuhnya berukuran kecil antara 1 – 1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.  Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih.  Lama siklus hidup (telur – nimfa – imago) kutu kebul pada tanaman sehat rata – rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
Klasifikasi
Ordo: Homoptera
Famili: Aleyrodidae
Spesies: Bemisia tabaci
Tanaman inang yang diserang
Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah – buahan maupun tumbuhan liar atau gulma.  Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll).
Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain kentang, kubis, tomat, mentimun, terung, buncis, selada, bunga potong, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada, mangga, dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides)
Pengendalian
Kultur teknis
1.      Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung, tagetes, orok – orok dan kacang panjang sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati,
2.      Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun).  Pergiliran tanaman harus per hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin,
3.      Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus,
4.      Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan,
5.      Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat.
Fisik/Mekanik
1.      Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha),
2.      Pemasangan kelambu di pembibitan dan tanaman barrier dilapangan ,
3.      Sisa tanaman yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.

Biologi
1.      Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Encarcia formosa, Eretmocerus corni, predator Coccinella septempunctate, Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoripallens, Euscius hibisci, Fransklinothrips vespiformis, Scymus syriacus, dan patogen serangga seperti: Entomophthora, Eretmocerus, Paecilomyces farinorus, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Metarhizium anisopliae, Verticillum sp.
2.      Penggunaan pestisida nabati Nimba, Tagetes, Eceng Gondok, atau Rumput Laut.
Kimiawi
Jika saat pengamatan ditemukan 7 ekor kutu daun /10 tanaman contoh atau persentase kerusakan oleh serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif seperti diafentiuron, dan tiametoksam.

5. Pennggerek batang










Scirpophaga innotata
Keterangan
1.      Kepala (Caput)
2.      Antena
3.      Mata
4.      Abdomen
5.      Tungkai depan
6.      Tungki tengah
7.      Tungkai belakang
Morfologi
Ukuran sedang, bentuk lonjong, tungkai terdiri dari 3 pasang, antenna 1 pasang, dan tipe mulut mandibulata.
Klasifikasi
Ordo: Lepidoptera
Famili: Pyralidae
Spesies: Scirpophaga innotata
Tanaman inang yang diserang
Hama ini menyerang tanaman padi

Imago aktif pada malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari mereka hanya berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman. Penggerek batang padi mampu terbang sejauh 2 km. Imago sangat tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap oleh lampu perangkap saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa hidupnya selama 4 hari.
Telur diletakkan berkelompok, terdiri dari 5-200 butir per kelompok pada daun atau seludang daun. Bentuk telur, kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
Larva yang baru ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera dan bila tertiup angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat tabung dari potongan daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan makan diantara seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang. Larva yang lebih tua masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat pangkalnya. Larva instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah untuk berdiapose kalau keadaan tidak menguntungkan.
Pupa terbentuk didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa dan merangkak keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum menjadi pupa.
Pengendalian
Pada Daerah Serangan Endemik
1.       Pengaturan Pola Tanam
-Tanaman serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi
-Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama.
-Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau pepulasi larva di tunggul padi. Tanam jangan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat. Tanam dilakukan 15 menit sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat penggerek batang padi dilapangan overlap.
2.       Pengendalian secara mekanik dan fisik
-Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi dipersemaian dan dipertanaman.
-Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehimgga larva atau pupa mati.
3.       Pengendalian Hayati
-Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas parasitoid telur seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha ( 1 pias = 2000-2500 telur parasit ) sejak awal pertanaman
4.       Pengendalian secara kimiawi
-Penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat berdasarkan pemantauan pada light trap atau intensitas serangan rata-rata >5% sundep
-Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar ada lahan yang sedang menjelang panen pada suatu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram/400m² (luas persemaian). Pada pertanaman, insektisida butiran diberikan terutama pada stadium vegetatif dengan dosis 20 kg insektisida granule/ha. Pada stadium generatif aplikasi dengan insektisida yang disemprotkan (cair).
-Insektisida  butiran yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung bahan aktif klorantraniliprol, fipronil, dimehipo, dan bensultaf.
5.       Pengendalian Preventif
Sebagai tindakan preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi perlu dilakukan secara rutin. Untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dapat menggunakan light trap.
Pada Daerah Serangan Sporadik
Cara pengendalian selain selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat.  Penyemprotan dengan insektisida pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat berdasarkan pemantauan pada light trap atau intensitas serangan rata-rata >5% sundep.

IV.             KESIMPULAN


Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil percobaan yang telah dilakukan, antara lain :
1.      Setiap hama mempunyai tanaman inang yang diserang untuk mempertahankan hidupnya.
2.      Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan secara kultur teknik, kimia dan hayati
3.      Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti parasitoid dan predator










DAFTAR PUSTAKA


Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Mudjiono, G., B. T. Rahardjo., T. Himawan. 1991. Hama-hama Penting Tanaman
Pangan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Wagiman, F. X. 2003. Hama Tanaman: Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala
Serangan. Jurusan Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta














LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar