Senin, 09 Januari 2012

laporan 6






PENGENALAN HAMA PENTING KOPI, SAWI, DAN BERAS
( Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)



OLEH
WANTY PRISTIARINI
0914013056





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN



A. Latar belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,sumber pendapatan dan devisa negara. Perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja dan pendapatan kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani dan menghasilkan devisa lebih dari US$ 500 juta/tahun pada periode 1994-1998. Tanamaan kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama padatanaman kopi yang tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama utama kopi, yaitu: hama penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei,penggerek cabang hitam Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat Xylosandrus morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merahZeuzera coffea.Di 70 negara yang termasuk daerah tropis lembab, kopi (Coffea spp,Rubiaceae) merupakan komoditas pertanian yang penting.

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknyamerupakan petani. Tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah padi. Padi yang menghasilkan beras merupakan bahan pangan pokok sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian baik mengenai lahan, benih, carabudidaya maupun pasca panen (Suparyono, 1997). Banyak permasalahan yangdihadapi petani padi saat ini, diantaranya adalah : rendahnya harga gabah, langkadan mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca yang mulai tidak bisa diprediksiyang menyebabkan petani sulit untuk menentukan masa tanam, serangan hama dan penyakit, dan lain-lain. Hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang cukup serius yangdihadapi petani padi akhir-akhir ini disamping permasalahan-permasalahan yangtelah disebutkan di atas. Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit tanaman padi. Pengetahuan petani tentang hama dan penyakit ini sangat besar artinya karena atas pengetahuan yang merekamiliki maka petani dapat bertindak untuk melakukan cara-cara pengendalian. Hal tersebut sangat penting karena hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang cukup menonjol yang dihadapi petani sejak awal masa pertumbuhan padisampai dengan menjelang panen. Hama yang biasanya menyerang tanaman padi adalah hama perusak persemaian (tikus, ulat tanah), hama perusak akar,(nematoda, anjing tanah), hama perusak batang (tikus, penggerek batang), hama pemakan daun (tikus, burung) dan hama di penyimpanan (ulat, tikus). Selain itu,penyakit yang sering mengganggu tanaman padi yaitu : penyakit kresek, bercakdaun, penyakit gosong, penyakit busuk batang dan penyakit virus (Tjahjadi,1989).

Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, \tidak berbulu, dan tidak berkrop serta senantiasa dijadikan sayuran. Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang, atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan ferhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7.
Hama yang menyerang lahan sawi adalah ulat pemakan daun yang disebut Liriomyza  sp

B. Tujuan percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1.      Agar mahasiswa mengetaui bentuk dan gejala serangan hama penting tanaman kopi sawi dan beras.
2.      Agar mahasiswa memahami bagaimana cara pengendalian yang tepat untuk diterapkan pada hama penting tanaman kopi dan kakao.









II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam budidaya sawi sering terdapat gangguan, seperti masalah teknis dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pada A.S. Duriat, O.S Gunawan, dan N. Gunaeni (2006) tanaman sawi telah terinventarisasi hama yang umum ditemukan di Indonesia, yaitu :
-          Penggorok daun Liriomyza huidobrensis
-          Kutu daun Myzus persiacae
-          Hama trips Thrips palmi
-          Hama pemakan daun ulat grayak Spodoptera sp..
Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago. S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklimpanas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalambutiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih danpanjangnya kira-kira 0,5 mm. Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklimpanas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalambutiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih danpanjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).
Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larvamerupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18 hari,berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras(Anggara, 2007).

Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklatkemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjangpupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras.Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang.Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukurantubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagiankepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahanmakanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imagojantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebihlambat daripada betina (Bennet, 2003).

Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yangpanjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yangdiperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror dkk,1996; Bulog, 1996 a ).

Kutu tempurung hijau Coccus viridis merupakan salah satu hama pada tanaman kopiCojjiza sp, biasanya muncul pada musim kemaraudan biasanya menyerang bunga, buah, daun, tunas dan bagian lain yang lunak, disamping itu juga menyerang pohon pelindung, misalnyatanaman lamtoro Leucaena glauca. Pada tanamankopi Coffiea sp. yang terserang terdapat gejala-gejala seperti: daunnya menjadi layu dan padaserangan berikutnya daun dan buah menjadi rontok (Matnawy, 1991).

Penerapan Pengendalian Hama Terpadu(PHI') pada tanaman kopi Coflča sp telahdilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Teknik pengendalian yang direkomendasikan untuk mengendalikan serangan kutu tempurung hijauCoccus viridis dengan penggunaan insektisidaselektif berdasarkan pengendalian i kututempurung hijau (Untung, 2001).

Seperti diketahui bahwa penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus selain dapat menambah biaya produksi P juga dapat menimbulkanpengaruh negatif lainnya seperti terjadinya pencemaran lingkungan, resistensi, resurjensi,residu insektisida dan muncuhiya hama baru(Oka, 1995 ; Untung, 2001).

Adanya dampaknegatif tersebut tentunya sangat bertentangan dengan tujuan PHT yang memprioritaskan teknikpengendalian yang aman terhadap lingkungan. Disamping itu perlindungan tanaman dengan orientasi pasar global sekarang dituntut harus memperhatikan keamanan produk pertanian dariresidu insektisida, karena kandungan residuinsektisida adalah salah satu penyebab yangmenghambat ekspor (Novizan, 2002).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dicari alternatif untuk pengendalian yang lebih efektif, aman, murah, dan ramah Lingkungan. Salah satu bentuk pengendalian yang memiliki peluang baik untuk 'dikembangkan :lalam menunjang penerapan PHT adalah dengan pemanfaatan bahan insektisida yang berasal daritumbuhan atau insektisida botani. Berdasarkan seberapa hasil dari penelitian sebeluncmya :nenunjukkan bahwa insektisida botani relatif iman terhadap musuh alami, memiliki tingkat _aersistensi yang singkat sehingga tidaklikhawatirkan meninggalkan residu pada hasil Janen, tidak mencemari iingkungan dan dapat aekerja sama secara kompatibel dengan pengendalian hayati (Isman, 1995; Prijono, 1994)

Dengan adanya dampak negatif dalam penggunaan insektisida sinteftik yang tentunya aertentangan dengan tujuan PHT, maka dicarialternatif pengendalian yang efektif. Salah satu >entuk pengendalian yang memiliki peluang untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai insektisida botani, salah satunya adalah keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji racun yang dikandung pada biji kebenyaitu upaya pemanfaatan ekstrak kebenBarringtonia astatica (I...) Kurz dengan berbagai tingkat konsentrasi terhadap kematian kututempurung hijau Coccus viridis pada tanaman kopi Cofięa sp. Tujuan dari penelitian ini adalah 1).untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji kebenBarringtonia asiatica Kurz yang efektif dalammenekan dan mengendalikan kutu tempurunghijau Coccus viridis pada tanaman kopi Coflča sp.,dan 2). untuk mengetahui tingkat konsentrasiyang paling efektif terhadap kematian kutu tempurung hijau Coccus viridis.













III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil pengamatan

No.
Tanaman yang diserang
Hama yang menyerang
1
Gejala:
Selain menghisap cairan tanaman yang dapat juga menganggu translokasi makanan, kutu ini juga mengeluarkan cairan manis yang dapat mengakibatkan daun berwarna hitam( embun jelaga) yang mengganggu fotosintesis
Ordo               : Homoptera
Family            : Coccidae
Spesies           : Coccus viridis
Nama umum : Kutu tempurung kopi
Tipe mulut     : Haustelata
Metarmorfosis: Paurometabola

2
Gejala:
Berupa liang korokan beralur warna putih bening pada permukaan daun
Ordo               : Diptera
Family            : Agromyzidae
Spesies           : Liriomyza sp
Nama umum : Lalat penggorok daun
Metarmorfosis: Holometabola
3
Gejala :
Tergereknya batang kopi muda maupun tua yang mengakibatkan batang menjadi mati/layu
Ordo               : Coleoptera
Family            : Scolytidae
Spesies           : Xylosandrus sp
Nama umum :Penggerek batang kopi
Metarmorfosis: Paurometabola
4.       
 
Ordo               : Coleoptera
Family            : Curculionidae
Spesies           : Sitophilus sp
Nama umum : Kumbang bubuk pada beras dan jagung
Ukuran tubuh : 3,3 mm
5.       
Ordo               : Lepidoptera
Family            : Noctuidae
Spesies           : Spedotera
Nama umum : Ulat grayak
Metarmorfosis: Holometabola

B.        Pembahasan
TAKSONOMI
Nama Lokal                : Hama penggorok daun
Nama Internasional     : Leaf miner
Kelas                           : Insekta
Ordo                            : Diptera
Family                        : Agromyzidae
Genus                         : Liriomyza
Spesies                        : Liriomyza sp

BIOLOGI
Hama pengorok daun yang menyerang tanaman sawi termasuk dalam spesies Liriomyza sp. Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm, fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Telur berukuran 0,1- 0,2 mm, berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun. Larva berukuran 2,5 mm, tidak mempunyai kepala atau kaki. Pupa terbentuk di dalam tanah. Larva akan merusak tanaman dengan cara menggorok daun sehingga yang tinggal bagian epidermisnya saja. Serangga dewasa merusak dengan menusukkan ovipositornya saat meletakan telur dan mengisap cairan daun.
PENGENDALIAN
Kultur teknis
Cara ini dilakukan dengan menerapkan budidaya tanaman sehat yang meliputi :
-         Penggunaan varietas yang tahan
-         Sanitasi yaitu dengan membersihkan gulma
-         Pemupukan berimbang
-         Menimbun bagian-bagian tanaman yang terserang

Mekanis
Pemangkasan daun-daun yang terserang dan daun bagian bawah yang telah tua.
Larva dikumpulkan dari sekitar tanaman yang rusak kemudian dimusnahkan.
Pemasangan yellow sticky trap dengan membentangkan kain kuning (lebar 0,9 m x panjang sesuai kebutuhan atau 7 m, untuk setiap lima bedengan memanjang) berperekat di atas tajuk tanaman kentang (Baso et al. 2000). Goyangkan pada tanaman membuat lalat dewasa beterbangan dan terperangkap pada kain kuning.
Biologis
-         Dengan memanfaatkan musuh alami.
-         Penggunaan ekstrak biji mimba (Azadirachta indica).
Kimia
Sebelum aplikasi insektisida dilakukan pemantauan OPT dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT gerbera belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan insektisida seperti insektisida Neem azal T/S Azadirachtin 1 % (Baso et al., 2000 dalam A.S Duriat et al., 2006) atau Trigad 75 WP, Agrimec 18 EC (Novartis, 1998 dalam A.S. Duriat et al., 2006).
Karantina
Tidak membawa bibit dari daerah endemik ke daerah lainnya.







TAKSONOMI
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Coleoptera
Keluarga          :           Curculionidae
Subfamili         :           Dryophthorinae
Genus              :           Sitophilus
Spesies            :           Sitophilus sp
BIOLOGI
Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalambutiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18 hari,berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras(Anggara, 2007). Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras.Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang.Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukurantubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagiankepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebihlambat daripada betina (Bennet, 2003). Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yangpanjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yangdiperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari
PENGENDALIAN
Kutur teknik
Pengendalian hama kumbang beras ini adalah melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan
Mekanis
ada pula cara mekanis dengan mematikan dengan tangan atau alat, menghalau dengan tirai (tanaman sebagai tirai atau benda lain sebagai tirai, seperti plastik) Pengendalian terhadap hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam)
Kimia
Pengendalian serangga dapat dilakukan dengan zat kimia. Penggunaan zat kimia harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mencemari bahan pakan.Fumigan dan insektisida merupakan zat kimia yangdapat digunakan dalam pengendalian hama gudang yang telah menyerang bahan pakan.Fumigan merupakan senyawa kimia yang padasuhu dan tekanan tertentu terdapat dalam bentukgas. Fumigan membunuh serangga dan hama lain melalui sistem pernafasan. Tindakan membunuhserangga hama gudang dengan fumigan disebut fumigasi. Fumigasi bersifat kuratif, membunuh hamayang ada dalam gudang, tidak dapat mencegah hama yang akan masuk kemudian.Dosis penggunaan fumigan tergantung pada suhu komoditas yang akan difumigasi, waktu minimal yang dibutuhkan agar fumigan efektif bekerja,jumlah gas fumigan yang hilang akibat kebocoran,keseragaman distribusi gas, kedalaman penetrasigas, jenis serangga hama dan fase kehidupan. Penyemprotan insektisida merupakan tindakan yang biasa dilakukan pada kemasan yang telah difumigasi dan akan meninggalkan residu yang dapat membunuh serangga yang menyerang bahan pakan kembali.



TAKSONOMI
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Homoptera
Keluarga          :           Coccidae
Genus              :           Coccus
Spesies            :           viridis
Nama binomial:           Coccus viridis
BIOLOGI
Serangga ini tergolong famili Cocidae adalah Coccus viridis ( green ) atau nama sinonimnya Lecanium viridae. Serangga ini kutu sisik hijau lunak atau kutu sisik hijau kopi. Hama ini merupakan pemakan segala tanaman ( poilfag ) dan tersebar didaerah tropis dan subtropis, diantaranya Indonesia terutama didataran rendah dan udara kering. Kutu sisik hijau kopi berbentuk bulat dan datar. Panjang tubuhnya ± 3 – 5 mm. Kutu yang hidup pada tunas muda badannya lebih besar dan lebih cembung daripada yang hidup pada daun. Sementara itu, kutu yang hidup pada tanaman kurus biasanya berukuran kecil.

Tanaman inang 
Kopi, jeruk, teh, mangga, jambu, biji, jambu air, dan cengkeh.

Siklus hidup 
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan dibawah betinanya. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas. Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah menetas nimfa tetap tinggal beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap tinggal di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah ± 45 hari, sedangkan didaerah lebih sejuk sekurang – kurangnya 65 hari. Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang dapat terus hidup tidak banyak. Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga reproduksinya dilakukan secara parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang dapat melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu, perkembangannya lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak pada akhir musim kering. Julahnya akan berkurang saat mulai musim hujan karena timbulnya cendawan patogen.

PENGENDALIAN

Kimia
Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang serta menyemprotkan insektisida yang bersifat kontak. Kutu sisik hijau ini berhubungan erat dengan semut, sehingga sebaiknya semut juga ikut disemprot pestisida Diazinon, Malathion, dan sebagainya agar semutnya berkurang.

Kultur teknis
penyiangan tanaman akan mengurangi inang alternatif bagi serangga hama sedangkan tanaman perangkap diharapkan dapatmengurangi serangan hama pada tanaman utama.

Hayati/Biologi
Menggunakan musuh alami seperti cendawan parasit yaitu Cephalosporium lecanii. Cendawan ini efektif pada waktu musim hujan. Cendawan ini akan membunuh koloni kutu sisik hijau dalam waktu yang singkat. Cendawan berwarna putih ini akan menyelimuti kutu sisik. Cendawan lain yaitu, Entomopththora sp. Akan menyebabkan kutu menjadi hitam, merah orange atau cokelat tua.










TAKSONOMI
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Ordo                :           Lepidoptera
Famili              :           Noctuidae
Genus              :           Spodoptera

BIOLOGI
Salah satu OPT dominan dan penting yang menyerang tanaman cabe adalah ulat grayak (Spodoptera litura F).  Ulat grayak biasanya menyerang pada malam hari, tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja.
Apabila disekitar pertanaman cabe banyak kupu-kupu beterbangan pada malam hari dengan ciri-ciri berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan, berarti itulah serangga dewasa dari ulat grayak. Kupu-kupu ini akan meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Jumlah telurnya bisa mencapai 500 butir per betina. Telur-telur tersebut kemudian akan menetas menjadi ulat /larva,  mula-mula hidup berkelompok dan setelah dewasa kemudian menyebar.
Salah satu ciri khas yang bisa menjadi penanda dari larva / ulat  grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. perkembangan selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa / kepompong yang biasanya dibentuk di bawah permukaan tanah.  Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari.  Stadium yang paling membahayakan dari hama Spodoptera litura F ini adalah saat ia berada pada stadium larva / ulat.  Membahayakan karena ulat grayak ini sangat rakus dan menyerang bukan hanya tanaman cabe saja, ulat grayak termasuk ulat polifag yang makan segala jenis tanaman.

PENGENDALIAN
Mekanis
mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap

Hayati
aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti  Dipel, Florbac, Bactospeine dan Thuricide.  Pengendalian secara hayati  ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut.

Kimia
menyemprotkan insektisida secara berseling,  misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC  dengan dosis 2 cc per liter air  atau  Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan secara bijak dan hati-hati.  Lebih baik apabila berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas  teknis maupun penyuluh pertanian setempat sebelum penggunaan insektisida tersebut.Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan saat hari mulai gelap/malam.  Siang hari biasanya bersembunyi di bawah rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah yang terlindung dari sinar matahari.    Penyemprotan insektisida ini effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan warna lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.
TAKSONOMI
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Ordo                :           Coleoptera
Famili              :           Scolytidae
Genus              :           Xylosandrus
Nama ilmiah    :           Xylosandrus sp

BIOLOGI
Hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi.Tampaknya bahwa kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masihlunak. Kumbang kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan untukanak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia.Kumbang ini membikin lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah. Daur hidup Betina membuat lubang masuk keranting, lalu menggali lubang tersebutselama kira-kira 15 jam, kemudianberhenti untuk menunggu perkembangan jamur Ambrosia yang ia bawa masuk kelubang itu. Sesudah dinding dalam lubang diselubungi jamur tersebut, ia kawinsama jantannya. Jumlah telur sekitar30-50 butir, diletakkan dalam kelompokkecil terdiri dari 8-15 butir. Sesudah lima hari, telurnya menetas. Sesudah 10 harisebagai larva, ia jadi pupa. Stadiapupanya 7 hari, kemudian ia keluarsebagai dewasa. Ada tawon parasitoidyang menyerang larva Xylosandrus,namanya Tetrastichus, yang dapatmengurangi jumlah hama ini. Penggerekcabang dewasa ini bisa terbang dari pohontempat berkembangnya ke pohon lainuntuk menyebarkan hama ini. Penggerek cabang kopi Xylosandrus spp., Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera.





PENGENDALIAN

Biologi/hayati

Melepaskan musuh alami, yaitu cendawan Cephalosporium lecanii, dan cendawan hitam, parasit Coccophagus bogoriensis dan Tetraticcus lecanii, predator kumbang Coccinella melanophthalmus, dan Orchus jantinus

Mekanis
memangkas bagian-bagian yang terserang kemudian dibakar. Membuang dan tidak menanam pohon pelindung yang disenangi hama tersebut, seperti gamal (Glisirida maculata)

kimiawi: Dengan penyemprotan insektisida yang dianjurkan, antara lain : Anthonio 330 EC, Azodrin 60 WSC, Bayrusil 250 EC, Bidrin 24 WSC, Dimecron 50 SCW, Dimacidae 400 EC, Hostathion 40 EC, Nogos 50 EC, Orthene 75 SP, Sevin 85 dan Supracide 40 EC dengan dosis sesuai petunjuk.























IV. KESIMPULAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain adalah :
1.      Pengendalian hama dapat dilakukan secara kultur teknik, kimia, dan hayati
2.      Hama –hama yang bermetamorfosis secara holometabola adalah lalat penggorok daun, Ulat grayak, dan Kumbang bubuk
3.      Hama-hama yang bermatamorfosis secara paurometabola adalah kutu tempurung kopi dan penggerek batang kopi
4.      Penggerek batang kopi (Xylosandrus sp), satu family dengan Hypothenemus hampeii
5.      Family Noctuidae merupakan hama yang aktif menyerang pada malam hari




















DAFTAR PUSTAKA


Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian danPengembangan
            Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN, Jawa Barat. h. 14-20
Bennett, Stuart M. 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium spp.U.S.
            Department of Agriculture, Cooperative Extension Service,University of Florida, IFAS, Florida.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi
            VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586 .
Bulog. 1996 a . Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas Milik Bulog. BadanUrusan
            Logistik, Jakarta. h. 4-5; 31-32 .
Duriat, A.S., O. Gunawan dan N. Gunaeni. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman  
            Sawi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Isman, MB. 1995. Leads Ami Prospects I-'or The Development Of New Botanical Rev.
            Pestic. Toxicol. Vol. 3:1-20
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru, Jakarta
Luh, Bor.S. 1980. Rice: Production and Utilization. Food Technologist.Department of Food
            Science and Technology. University of California.Avi Publishing Company, Inc.   United States of America. 294-299 p.
Matnawy, H. 1991. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta
Noviz:-m. 2002. Membuat Dan Mematgfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
            P'l`.AgroMedia Pustaka. 94hal.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya di Indonesia. Gajah
            Mada University Press. Yogyakarta. 255 hal
Prijono. 1994. Pedoman Pfalcfikum Teknik dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB
            Wikipedia. 2008. Sumber Daya Alam. (Online). Bogor.        Wikipediaxarg/wiki/
            sumber _daya_
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolan Hama Terpadu. alam, diakses 7 November 1998.
            Cetakan ke IV. Gajah Mada University Press. Yogyakarta












LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar