ANALISIS VEGETASI
( Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)
OLEH
KELOMPOK 3
Husna Fii Karisma Jannah ( 0914013026)
Eva Dwi Rahma ( 0914013022)
Metha Deviana (0914013039)
Wanty Pristiarini ( 0914013056)
Rezma nurmei winda (0714041050)
Maria teofani ( 0714041041)
Ardi M Sarasih (0814013089)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain menggunakan metode kuadran, analisis vegetasi juga dapat dilakukan dengan metode titik dan metode garis.
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini, antara lain :
1. Agar mahasiswa dapat mengerti manfaat analisis vegetasi
2. Agar mahasiswa dapat melaksanakan analisis vegetasi tersebut dengan menggunakan metode yang umum dipakai
3. Untuk mengetahui populasi gulma dalam satuan luas secara kuantitatif
4. Melatih keterampilan mahasiswa untuk mengidentifikasi populasi gulma secara kuantitatif
5. Mengetahui populasi gulma secara kuantitatif yang mendominasi pada pertanaman tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dantidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu (Sukman dan Yakup, 2002).
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi
(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi(Tjitrosoedirdjo et al. 1984).
Analisis vegetasi gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak percobaan. Nilai SDR didapat-kan dengan menghitung setiap jumlahspesies gulma yang terdapat pada petak contoh. Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tjitrosoedirdjo dkk.(1934) dan Kusmana (1997)
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
III. BAHAN DAN METODE
A. Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain kuadran segiempat berukuran
0,5m x 0,5 m dan alat tulis. Serta bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain gulma golongan rumput, teki, dan daun lebar
B. Metode
Adapun prosedur kerja dengan menggunakan metode estimasi visual, antara lain :
1. Diduga parameter gulma yang akan diamati dengan cara melihat berdasarkan pengamatan visual
2. Dikelompokkan peubah tersebut dalam dominansi dan frekuensi
3. Diduga secara bersama dua atau tiga orang pada komunitas gulma tertentu
4. Dirata-ratakan hasil tersebut
Adapun prosedur kerja dengan menggunkan metode kuadrat. Antara lain :
1. Digunakan kuadran berukuran 0,5m x 0,5m
2. Diletakkan kuadran pada tiga tempat yang berbeda
3. Dilakukan pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing spesies gulma ( dominansi) yang terdapat pada kuadran
4. Dipotong gulma pada masing-masing kuadran tepat diatas permukaan tanah
5. Dipilah berdasarkan spesies yang ada dan dilakukan identifikasi gulma untuk masing-masing spesies
6. Ditimbang bobot basah dan kering untuk msing-masing spesies yang ditemukan pada tiap ulangan
7. Dihitung jumlah populasi masing-masing spesies gulma tersebut
8. Dilakukan perhitungan berdasarkan data tiga ulangan tersebut
Metode perhitungan :
KM Imperata cylindrical = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 20 + 0 + 0
= 20
KM Asystasia sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 10 + 5 + 5
= 20
KM Gulma x = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 5 + 0 + 0
= 5
KM Gulma y = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 3 + 0 + 0
= 3
KM Alcalypha virginica = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 3 + 10 + 0
= 13
KM Eleusine indica = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 20 + 0
= 20
KM Mimosa sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 5 + 0
= 5
KM Paspalum sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 0 + 30
= 30
KM Amaranthus sp = kerapatan ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 0 + 15
= 15
TOTAL KM seluruh gulma = 20 + 20 + 5 + 3 + 13 + 20 + 5 +30 +15
= 131
KN Imperata cylindrical = KM : Total KM
= 20 : 131
= 0,15
KN Asystasia sp = KM : Total KM
= 20 : 131
= 0,15
KN Gulma x = KM : Total KM
= 5 : 131
= 0,04
KN Gulma y = KM : Total KM
= 3 : 131
= 0,02
KN Alcalypha virginica = KM : Total KM
= 13 : 131
= 0,1
KN Eleusine indica = KM : Total KM
= 20 : 131
= 0,15
KN Mimosa sp = KM : Total KM
= 5 : 131
= 0,04
KN Paspalum sp = KM : Total KM
= 30 : 131
= 0,23
KN Amaranthus sp = KM : Total KM
= 15 : 131
= 0,12
DM Imperata cylindrical = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 50 + 0 + 0
= 50
DM Asystasia sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 30 + 10 + 10
= 50
DM Gulma x = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 10 + 0 + 0
= 10
DM Gulma y = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 5 + 0 + 0
= 5
DM Alcalypha virginica = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 5 + 20 + 0
= 25
DM Eleusine indica = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 60 + 0
= 60
DM Mimosa sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 10 + 0
= 10
DM Paspalum sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 0 + 70
= 70
DM Amaranthus sp = dominansi ulangan 1 + ulangan 2 + ulangan 3
= 0 + 0 + 20
= 20
TOTAL DM seluruh gulma = 50 + 50 + 10 + 5 + 25 + 60 + 10 +70 +20
= 300
DN Imperata cylindrical = DM : Total DM
= 50 : 300
= 0,17
DN Asystasia sp = DM : Total DM
= 50 : 300
= 0,17
DN Gulma x = DM : Total DM
= 10 : 300
= 0,03
DN Gulma y = DM : Total DM
= 5 : 300
= 0,02
DN Alcalypha virginica = DM : Total DM
= 25 : 300
= 0,08
DN Eleusine indica = DM : Total DM
= 60 : 300
= 0,2
DN Mimosa sp = DM : Total DM
= 10 : 300
= 0,03
DN Paspalum sp = DM : Total DM
= 70 : 300
= 0,23
DN Amaranthus sp = DM : Total DM
= 20 : 300
= 0,07
FM Imperata cylindrical = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Asystasia sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 3
FM Gulma x = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Gulma y = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Alcalypha virginica = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 2
FM Eleusine indica = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Mimosa sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Paspalum sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
FM Amaranthus sp = Jumlah gulma pada ulangan 1 sampai ulangan 3
= 1
TOTAL FM seluruh gulma = 1 + 3 + 1 + 1 + 2+ 1 + 1+ 1+ 1
= 12
FN Imperata cylindrical = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Asystasia sp = FM : Total FM
= 3 : 12
= 0,25
FN Gulma x = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Gulma y = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Alcalypha virginica = FM : Total FM
= 2 : 12
= 0,17
FN Eleusine indica = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Mimosa sp = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Paspalum sp = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
FN Amaranthus sp = FM : Total FM
= 1 : 12
= 0,08
NP Imperata cylindrical = KN + DN + FN
= 0,15 + 0,17 + 0,08
= 0,4
NP Asystasia sp = KN + DN + FN
= 0,15 + 0,17 + 0,25
= 0,57
NP Gulma x = KN + DN + FN
= 0,04 + 0,03 + 0,08
= 0, 15
NP Gulma y = KN + DN + FN
= 0,02 + 0,02 + 0,08
= 0,12
NP Alcalypha virginica = KN + DN + FN
= 0,1 + 0,08 + 0,17
= 0,35
NP Eleusine indica = KN + DN + FN
= 0,15 + 0,2 + 0,08
= 0, 43
NP Mimosa sp = KN + DN + FN
= 0,04 + 0,03 + 0,08
= 0,15
NP Paspalum sp = KN + DN + FN
= 0,23 + 0,23 + 0,08
= 0,54
NP Amaranthus sp = KN + DN + FN
= 0,12 + 0,07 + 0,08
= 0,27
SDR Imperata cylindrical = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,4 : 3
= 0.14 atau 14%
SDR Asystasia sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,57 : 3
= 0.19 atau 19 %
SDR Gulma x = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,15 : 3
= 0.05 atau 5 %
SDR Gulma y = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,12 : 3
= 0.04 atau 4 %
SDR Alcalypha virginica = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,35 : 3
= 0.12 atau 12 %
SDR Eleusine indica = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,43 : 3
= 0,14 atau 14%
SDR Mimosa sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,15 : 3
= 0.05 atau 5 %
SDR Paspalum sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,54 : 3
= 0.18 atau 18 %
SDR Amaranthus sp = NP : Jumlah peubah nisbi
= 0,27 : 3
= 0.09 atau 9 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data pengamatan
Jenis gulma | Dominansi | Kerapatan | DM | DN | KM | KN | FM | FN | NP | SDR | Urutan Ke- | ||||
Ulangan | Ulangan | ||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | ||||||||||
1 | 50 | - | - | 20 | - | - | 50 | 0,17 | 20 | 0,15 | 1 | 0,08 | 0,4 | 0,14 | 4 |
2 | 30 | 10 | 10 | 10 | 5 | 5 | 50 | 0,17 | 20 | 0,15 | 3 | 0,25 | 0,57 | 0,19 | 1 |
3 | 10 | - | - | 5 | - | - | 10 | 0,03 | 5 | 0,04 | 1 | 0,08 | 0,15 | 0,05 | 7 |
4 | 5 | - | - | 3 | - | - | 5 | 0,02 | 3 | 0,02 | 1 | 0,08 | 0,12 | 0,04 | 9 |
5 | 5 | 20 | - | 3 | 10 | - | 25 | 0,08 | 13 | 0,1 | 2 | 0,17 | 0,35 | 0,12 | 5 |
6 | - | 60 | - | - | 20 | - | 60 | 0,2 | 20 | 0,15 | 1 | 0,08 | 0,43 | 0,14 | 3 |
7 | - | 10 | - | - | 5 | - | 10 | 0,03 | 5 | 0,04 | 1 | 0,08 | 0,15 | 0,05 | 8 |
8 | - | - | 70 | - | - | 30 | 70 | 0,23 | 30 | 0,23 | 1 | 0,08 | 0,54 | 0,18 | 2 |
9 | - | - | 20 | - | - | 15 | 20 | 0,07 | 15 | 0,12 | 1 | 0,08 | 0,27 | 0,09 | 6 |
Total | | | | | | | 300 | 1 | 131 | 1 | 12 | 0,96 | | 1 | |
Keterangan :
Jenis gulma 1 : Imperata cylindrica
Jenis gulma 2 : Asystasia sp
Jenis gulma 3 : Gulma x
Jenis gulma 4 : Gulma y
Jenis gulma 5 : Alcalypha virginica
Jenis gulma 6 : Eleusine indica
Jenis gulma 7 : Mimosa sp
Jenis gulma 8 : Paspalum sp
Jenis gulma 9 : Amaranthus sp
B. Pembahasan
Dalam hal ini, lahan yang menjadi tempat pengambilan contoh adalah lapangan terbuka depan Laboratorium HPT. Gulma tertentu cenderung memiliki kemampuan yang sangat baik dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Hal ini memiliki hubungan yang erat dengan jenis gulma, dimana gulma jenis tertentu mampu bekembang biak dengan cepat, misal selain dengan biji, ia juga dat berkembang dengan rimpang, lalu bijinya yang ringan dan kebutuhan nutrisi yang toleran serta pertumbuhan yang cepat. Kemampuan gulma tersebut secara alami dapat membuatnya mampu mendominasi suatu lahan dalam penyebaran yang rata maupun acak. Berdasarkan data, dapat terlihat dengan jelas spesies gulma Asystasia sp mendominasi dengan jumlah spesies 19% dari total. Kemudian 18% dari total jumlah gulma didominasi oleh Paspalum sp.
Sedangkan spesies lainnya dapat dikatakan memiliki jumlah yang relatif teratur pada setiap pengulangan.
Dalam hal ini selain faktor genetik gulma yang mempengaruhi, umur gulma juga sangat menentukan. Sebab, dalam pengamatan yang dilakukan, tidak ada batasan ukuran gulma untuk dapat dihitung sebagai satu spesies. Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh, spesies gulma Asystasia sp, Paspalum sp, Eleusine indica, Imperata cylindrical, Alcalypha virginica, Amaranthus sp, merupakan spesies-spesies gulma yang mendominasi lahan yang menjadi tempat pengambilan contoh dan sisanya adalah gulma x dan gulma y yang belum diketahui identitasnya, serta Mimosa sp. Dalam hal ini pengendalian gulma yang diambil harus fokus pada bagaimana cara menekan pertumbuhan Asystasia sp terlebih dahulu. Apabila pengendalian dilakukan dengan menggunakan herbisida, maka herbisida yang dipilih harus mampu mengendalikan Asystasia sp.
Dari table diatas terdapat data dominansi dan data kerapatan, dimana data dominansi diperoleh dengan cara menduga berapa persen populasi yang terdapat dalam kuadran tersebut. Sedangkan data kerapatan diperoleh dengan cara menghitung jumlah masing-masing gulma yang berada di dalam kuadran tersebut.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan tersebut adalah :
1. Bila pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida, maka dipilih gulma yang mendominasi lahan tersebut untuk segera di kendalikan
2. Gulma yang mendominasi pada lapangan terbuka depan laboratorium HPT adalah jenis gulma Asystasia sp dengan SDR sebesar 19%
3. Manfaat dari analisis vegetasi ini adalah untuk mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup
4. Metode yang umum dipakai untuk analisis vegetasi adalah metode kuadran, karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar.
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi .Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrango
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold
Publishers.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut PertanianBogor. Bogor.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. UnitPenerbitan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan
Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH
Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas
Pertanian IPB.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
PT Gramedia, Jakarta
Tjitrosoedirdjo, S., Is Hidayat Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma
diPerkebunan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.а pp 209
makasih ya kakak :)
BalasHapus