Senin, 09 Januari 2012

laporan 9

SIMULASI PENGENDALIAN WALANG SANGIT MELALUI PENGENDALIAN GULMA ( PENGOLAHAN TANAH)
( Laporan Hama Penting Tanaman)



Oleh
Wanty pristiarini
0914013056
Kelompok 1


Description: ANd9GcSZZfgtVTA-p8bd5J4hEmaJS9Hbnfhg2_idjtrDiLdamfr0CwQ&t=1&usg=__5Qxw9K0KqAAwrqacnaOAbfMCqzg=

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
I.                  PENDAHULUAN



A.      Latar belakang
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil seperti virus, bakteri, atau jamur. Selain organisme kecil tersebut, juga terdapat hewan yang dapat disebut dengan hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakanny seperti belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Walang sangit (Leptocorisa acuta) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas.
Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman padi adalah walang sangit (Leptocorisa acuta). Hama walang sangit jika tidak dikendalikan secara tepat maka dikhawatirkan akan mengganggu dan mengurangi produksi padi.
Walang sangit mempunyai inang yang lain selain tanaman padi. Inang alternatifnya ialah gulma Jawan (Echinochloa crusgalli).
Echinochloa crusgalli adalah jenis rumput liar yang berasal dari Asia tropis yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai jenis rumput Panicum. Hal ini umumnya dikenal sebagai Cockspur (atau Cockspur Rumput), nama umum lumbung Rumput, atau hanya "rumput lumbung" (yang bisa merujuk ke setiap jenisEchinochloa atau genus Namun secara keseluruhan).

Tanaman ini dapat tumbuh sampai 60 "(1,5 m) tingginya dan telah lama, daun datar yang sering keunguan di pangkalan Paling batang tegak,. namun sebagian lagi akan tersebar di atas tanah.Batang diratakan di pangkalan. Benih kepala adalah ciri khas, sering keunguan,dengan biji millet seperti besar di spikelets ramai.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain  :
Agar mahasiswa mengetahui peran pengolahan tanah sebagai salah satu cara pengendalian gulma dalam rangka mengendalikan populasi walang sangit dan OPT lainnya ( sanitasi).














II.               PROSEDUR KERJA


A.      Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain beras putih sebanyak 0,5 kg ( berperan sebagai tanah/ medium), kacang hijau sebanyak 0,25 kg ( berperan sebagai benih gulma), dan nampan.
B.       Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, antara lain :
1.      Siapkan beras putih sebagai medium tanah dan kacang hijau sebagai benih gulma yang diletakkan pada sebuah nampan
2.      Campur keduanya sampai rata, dan ratakan permukaan campuran ini. Proses pencampuran ini berperan sebagai pengolahan tanah
3.      Ambil secara hati-hati dan hitung jumlah kacang hijau yang hanya terdapat pada permukaan saja.
4.      Setelah selesai perhitungan jumlah kacang hijau yang terambil, aduk kembali sampai merata dan ratakan permukaan campuran tersebut
5.      Ulangi lagi poin ke 3 hingga diperoleh 6 set data
6.      Masukkan data pada table
7.      Cari hubungan antara jumlah pengolahan tanah (X) dengan sisa kacang hijau yang masih berada di dalam tanah (y) dengan menggunakan regresi linear sederhana y = a + b x

III.           HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.      Hasil pengamatan
Pengolahan ke (x)
Jumlah kacang hijau yang terambil ( butir)
Sisa kacang hijau (y)
Persen kacang hijau yang terambil
1
230
558
29,19 %
2
191
367
46,57 %
3
110
257
32,61%
4
82
175
22,20%
5
52
123
15,60%
6
44
79
10,02%
Total
709
1559


B.       Pembahasan
Perhitungan
Jumlah kacang hijau yang terambil  dari ke-6 pengolahan adalah 709 butir, dan sisa kacang hijau yang terambil setelah dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali adalah 79 butir. Sehingga jumlah kacang hijau secara keseluruhan yang terdapat pada beras tersebut adalah 788 butir.
Sisa kacang hijau pada pengolahan ke-1 adalah 558 butir, hal ini diperoleh dari jumlah kacang hijau secara keseluruhan dikurangi dengan jumlah kacang hijau yang terambil pada pengolahan ke-1.

Sisa kacang hijau pada pengolahan ke-2 adalah 367 butir, hal ini diperoleh dari jumlah kacang hijau secara keseluruhan dikurangi dengan jumlah kacang hijau yang terambil pada pengolahan ke-2. Perhitungan sisa kacang hijau ini dilakukan sampai pada pengolahan ke -6 dengan cara yang sama.
Untuk menghitung persentase kacang hijau yang terambil dilakukan dengan membagikan jumlah kacang hijau yang terambil pada pengolahan ke-1  dengan jumlah kacang hijau secara keseluruhan, yang kemudian dikalikan dengan 100%.
Pada pengolahan ke-1, jumlah kacang hijau yang terambil adalah 230 kemudian dibagi dengan jumlah kacang hijau secara keseluruhan yaitu 788, kemudian dikalikan dengan 100%, maka akan diperoleh 29,19%. Perhitungan persentase kacang hijau yang terambil ini dilakukan sampai pengolahan ke-6 dengan cara yang sama.
Setelah selesai melakukan perhitungan di atas, langkah selanjutnya adalah menghitung regresi linear sederhana dengan cara mencari nilai a dan b nya. Sehingga diperoleh nilai a = 11,3, dan nilai b= 2,29.
Setelah diperoleh nilai a dan b, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai x dengan cara mengumpamakan nilai y = 0, maka akan diperoleh hitungan sebagai berikut :
y = 0 ; y          = 11,3 + 2,29 x
            0          = 11,3 + 2,29 x
            2,29 x  = - 11,3
                    x  = -11,3/ 2,29
                    x  =      - 4,93
                    x  = 4,93 dibulatkan menjadi 5
Berdasarkan regresi yang kami dapatkan, hal ini menunjukkan bahwa untuk membebaskan tanah dari gulma jawan, pengolahan tanah dilakukan sebanyak  5 kali untuk mendekati nol.
Setelah mengitung nilai x dengan mengumpamakan y= 0, langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai y berdasarkan jumlah bulir jawan yang telah dihitung pada praktikum sebelumnya. Pada praktikum sebelumnya diperoleh jumlah bulir jawan sebanyak 293 bulir. Jika dilakukan perhitungan, maka akan diperoleh :
y = 293 ;      y               = 11,3 + 2,29 x
                 293             = 11,3 + 2,29 x
            2,29 – 11,3      = 2,29 x
                    281,7       = 2,29 x
                    x              =  123,01 dibulatkan menjadi 123
Berdasarkan regresi yang kami dapatkan, hal ini menunjukkan, untuk dapat membebaskan tanah dari gulma jawan, pengolahan tanah dilakukan sebanyak 123 kali untuk mendekati nol.
Setelah selesai melakukan perhitungan regresi linear sederhana, langkah selanjutnya adalah menghitung sisa kacang hijau yang diperoleh dari jumlah bulir jawan yaitu 293 dikurangi dengan jumlah kacang hijau yang terambil pada pengolahan ke-1 yaitu 230. Maka dari perhitungan tersebut, sisa kacang hijau adalah 63, dan apabila jumlah ini dikurangi dengan jumlah kacang hijau pada pengolahan ke 2 yaitu 191 , maka hasilnya tidak cukup atau sudah mendekati nol.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk membebaskan tanah dari gulma jawan, pengolahan tanah dilakukan sekali untuk dapat mendekati nol.
Pengolahan tanah yang menyebabkan benih gulma mendekati nol tidak efisien, karena kita tidak tahu secara pasti apakah benih gulma tersebut benar-benar telah mencapai nol atau bahkan sama sekali tidak ada benih gulma yang terdapat pada tanah tersebut, karena kemungkinan besar, benih gulma masih terdapat pada tanah tersebut. Penyebaran benih gulma tidak hanya mengandalkan pada benih gulma yang terdapat pada tanah saja, melainkan penyebaran benih gulma juga dapat dipengaruhi oleh hewan, angin, dan bahkan manusia itu sendiri.
Menurut saya, pengolahan tanah yang baik, sebaiknya dilakukan 1-3 kali namun sudah menjamin bahwa benih gulma tersebut mencapai nol, karena akan lebih menghemat tenaga dan waktu. Untuk apa dilakukan pengolahan tanah sampai berpuluh-puluh kali, jika tidak menjamin benih gulma tersebut mencapai nol.




















IV.           KESIMPULAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Walang sangit (Leptocorisa acuta) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna.
2.      Echinochloa crusgalli adalah jenis rumput liar yang dapat tumbuh sampai 60 "(1,5 m) tingginya dan telah lama, daun datar yang sering keunguan di pangkalan paling batang tegak,. namun sebagian lagi akan tersebar di atas tanah.Batang diratakan di pangkalan. Benih kepala adalah ciri khas, sering keunguan,dengan biji millet seperti besar di spikelets ramai.
3.      Pengolahan tanah yang baik, sebaiknya dilakukan 1-3 kali namun sudah menjamin bahwa benih gulma tersebut mencapai nol, karena akan lebih menghemat tenaga dan waktu.
4.      Pengolahan tanah yang menyebabkan benih gulma mendekati nol tidak efisien, karena kita tidak tahu secara pasti apakah benih gulma tersebut benar-benar telah mencapai nol atau bahkan sama sekali tidak ada benih gulma yang terdapat pada tanah tersebut, karena kemungkinan besar, benih gulma masih terdapat pada tanah tersebut
5.      Penyebaran benih gulma dapat dipengaruhi oleh hewan, angin, dan bahkan manusia

DAFTAR PUSTAKA

Andoko Agus,2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya: Jakarta.
Chisaka, H. 1988. Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil
Disebabkab oleh Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma
Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.
Fryer, J.D. & S. Matsunaka. 1988. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT
Bina Aksara. Jakarta.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Cv Rajawali.
Jakarta Utara.
Mudjiono, G., B. T. Rahardjo., T. Himawan. 1991. Hama-hama Penting Tanaman
Pangan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Sundaru, M.; Syam, M. & J. Baker. 1976. Beberapa Jenis Gulma Pada Padi
Sawah. LPPP. Bogor
Sutanto Rachman,2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.
Sutedjo.MM.Ir dan Kartasapoetra,Ir. 1988. Budidaya Tanaman Padi Pasang Surut. Bina 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar