PERKEBUNAN KAKAO
(
Laporan Hasil Survey Produksi Tanaman Perkebunan)
Disusun
Oleh
kelompok 6
Kelas
A
Bagja
Rudhia Ulil Albab 0914013012
Intan
Purnama Nursadi 0914013030
Rismayanti 0914013047
Topan
Ramadhan Igunsyah 0914013054
Wanty
Pristiarini 0914013056
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Perkebunan
di negara kita sangat berperan penting baik itu di bidang ekonomi maupun sosial
karena dapat menghasilkan devisa yang cukup besar untuk membangun bangsa dan
negara ini. Dari perkebunan dapat di hasilkan komoditi ekspor terbesar setelah
sub sektor pertambangan minyak dan gas serta kehutanan, kita tidak dapat
mengabaikan perananya di dalam negara karena selain merupakan sumber energi
bagi industri pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga
kerja karena pada dasarnya yang dikelola adalah jenis tanaman yang sulit
digarap secara mekanis terutama tanaman keras/tahunan. Hal ini memberi dampak
yang positif bagi pelestarian alam sekitar (pengawetan tanah dan air) yang
dapat menciptakan kehidupan sehat dan kawasan yang luas yang sangat penting.
Pada
kesempatan kali ini, perkebunan yang disurvey oleh kelompok kami adalah
perkebunan kakao. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao
di Indonesia tercatat seluas 992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian
besar (89,45%)dikelola oleh rakyat dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar
negara serta (5,51%)perkebunan besar swasta. Dari segi kualitas, kakao
Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia di mana bila dilakukan fermentasi
dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan
keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai
untuk blending.
Kakao
memiliki klasifikasi ilmiah seperti yang tertera di bawah ini :
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Kakao
merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai
ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak
lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan
untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga
kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang
(cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm),
tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu
titik tunas.
Penyerbukan
bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut
bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam
hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao
secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa
varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis
komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah
tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya,
dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan
memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah Sewaktu
muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya
berwarna kuning.
Biji
terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji
dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian
disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi.
Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji
dikeringkan di bawah sinar matahari.
Dalam
melakukan survey ini, kami memilih perkebunan rakyat sebagai sumber informasi yang
akan kami jadikan sebagai panutan dalam pembuatan laporan. Dimana perkebunan
rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang dimiliki dan atau diselenggarakan
atau dikelola oleh perorangan/tidak berbadan hukum, dengan luasan maksimal 25
hektar atau pengelola tanaman perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang
dipelihara lebih dari batas minimum asaha(BMU). Berdasarkan besar kecilnya,
usaha perkebunan rakyat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengelola tanaman
perkebunan dan pemelihara tanaman perkebunan. Perkebunan rakyat mempunyai peran
yang strategis dalam meningkatkan peran sub sektor perkebunan ke depan ,
mengingat pangsa perkebunan rakyat menempati posisi yang paling besar baik
dilihat dari luas areal maupun produksinya. Rendahnya produktivitas ini
disebabkan kurangnya permodalan dan penguasaan teknologi , sehingga perkebunan
rakyat umumnya ditandai dengan jarak tanam yang kurang teratur , tidak ada
perencanaan penggantian tanaman yang teratur sesuai umur tanaman dan
sebagainya.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya survey ini, antara lain :
1. Mengetahui
sejarah terbentuknya perkebunan kakao
2. Mengetahui
kondisi lingkungan perkebunan kakao seperti tanah dan iklim
3. Mengetahui
teknik budidaya tanaman kakao
4. Mengetahui
cara pemeliharaan tanaman kakao
5. Mengetahui
cara panen, pasca panen, dan pemasaran tanaman hasil perkebunan kakao
6. Mengetahui
tata niaga dari perkebunan kakao
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lahan
perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah
tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan
(pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh,bukan untuk
konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industriseperti
kakao, kelapa, dan teh atau tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek.
Dalam pengertian bahasa Inggris, "perkebunan" dapat mencakup
plantation dan orchard. Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung
ukuran volume komoditi yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan
memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi
yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara monokultur, paling
tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak
selalu demikian, adalah terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap
komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke
pembeli(Wikipedia, 2010).
Perkebunan
didefenisikan sebagai segala bentuk kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistim yang sesuai;termasuk
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut denganbantuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan dan manajemen untukmewujudkan
kesejahteraan bagi pekebun dan masyarakat (Amanat UU Nomor 18 tahun 2004
tentang Perkebunan).
Klasifikasi
Perkebunan
1.
Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh
rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual dengan area pengusahaannya
dalam skala yang terbatas luasnya. Perkebunan rakyat terdiri dari kelapa sawit,
karet,
kopi arabika, kopi arabusta, kelapa, coklat, cengkeh, kemenyan,kulit manis,
nilam, tembakau, kemiri, tebu, pala, lada, kapuk, gambir, the,aren, pinang,
vanili, jaahe, kapulaga, jambu mente, dan sereh wangi.
2.
Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasilnya seluruhnya untuk dijual
dengan areal pengusahaannya sangat luas. Perkebunaan besar terdiri dari kelapa
sawit, karet, coklat, teh, tembakau, kopi dan tebu.
3.
Perkebunan perusahaan inti rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya
tanaman,dimana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai
intisedangkan rakyat merupakan plasma.
4.
Perkebunan unit pelaksana proyek (perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang
dalam pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan pengusahaannya tetap
dilakukan oleh rakyat.
Kakao
(Theobroma cacao) berasal dari Benua Amerika khususnya Negarabagian yang
mempunyai iklim tropis. Sangat sulit untuk mengetahui Negara bagianmana
tepatnya tanaman ini berasal, karena tanaman ini telah tersebar secara
luassemenjak penduduk daerah itu masih hidup mengembara. Tanaman ini mulai
masukke Indonesia sekitar tahun 1560 yang dibawa oleh orang Spanyol melalui
Sulawesidan kakao mulai dibudidayakan secara luas sejak tahun 1970 (Darwis,
2007).
Kakao
merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannyac ukup penting
bagi perkonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa Negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam
mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Padatahun 2002,
perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan Sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar beradadi Kawasan Timur Indonesia (KTI)
serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga sub sector perkebunan setelah
karet dan minyak sawit dengan nilai US $701juta (Tino, 2006).
Perkebunan
kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun
terakhir dan pada tahun 2007 areal perkebunan kakao di Indonesia tercatat
seluas 992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%)dikelola
oleh rakyat dan selebihnya (5,04%) perkebunan besar negara serta
(5,51%)perkebunan besar swasta. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah
dengan kakodunia di mana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai
cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia
tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending (Darwis, 2007)
III.
HASIL
SURVEY DAN PEMBAHASAN
A.
Waktu
dan tempat
Adapun waktu dan
pelaksanaan dilakukannya survey ini, antara lain:
Hari/tanggal : Sabtu, 29
Oktober 2011
Pukul : 07.00 – 19.00 wib
Tempat :
Dusun Suka Menanti, desa penyandingan, kecamatan
Punduh Pedada, Pesawaran
Jenis perkebunan : Perkebunan rakyat
Komoditas : Kakao
B.
Hasil
survey
Dalam
survey ini kami mengunjungi perkebunan rakyat di Pesawaran, tepatnya di desa
penyandingan. Komoditas yang ditanam di perkebunan ini adalah kakao.
Dalam
kegiatan survey ini, kami mewawancarai 3 petani perkebunan kakao. Tujuannya
adalah untuk membandingkan bagaimana sejarah terbentuknya perkebunan tersebut,
lingkungan perkebunan, teknik budidaya, pemeliharaan tanaman, hingga panen dan
pasca panen serta pemasarannya.
Berikut
hasil survey yang kami peroleh, antara lain :
1. Perkebunan I
1.1 Sejarah
Pada
perkebunan I dikelola oleh Bapak Abdul Karim, Beliau menceritakan tentang awal
pembukaan lahan hingga pemasaran. Pendidikan terakhir beliau adalah SD dengan
mata pencaharian sebagai petani kakao. Waktu kerja Beliau pada pukul 07.00-11.00 dan 13.00- 16.00 wib.
Luas
areal perkebunan kakao milik pak Karim adalah 2 hektar, yang ditanam dengan 2
tahap yaitu tahap 1 pada tahun 1997, dan tahap 2 pada tahun 2007.
Sebelum
dibuka lahan untuk perkebunan kakao, lahan ini merupakan tanah adat dan berupa
kebun belukar yang dibeli dari Pak M. Soleh.
Pembukaan
lahan dilakukan secara manual yaitu dengan cara menebas belukar-belukar, dikumpulkan dan setelah itu dibakar. Proses
pembukaan lahan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan. Setelah pembakaran, 2-3
bulan baru mulai ditanam.
Jarak
antar perkebunan 1 dengan perkebunan lainnnya dipisahkan oleh pemisah yaitu:
Sebelah
barat : Dipisahkan oleh siring kecil
Sebelah
timur : Dipisahkan oleh tanaman jarak
Sebelah
selatan: Dipisahkan oleh sungai
Sebelah
utara : Dipisahkan oleh tanaman jarak
Dalam
1 hektar dihasilkan 2 ton 2 kw per tahun dimulai dari awal tahun sampai akhir
tahun. 1 kg buah kakao dijual Rp 20.000, per minggu dapat menjual sekitar 30
kg.
1.2 Lingkungan perkebunan
Lingkungan
perkebunan dipengaruhi oleh faktor tanah dan iklim. Faktor tanah mencakup
tinggi tempat dari permukaan laut, tinggi kemiringan lahan, dan tebal lapisan
tanah. Faktor iklim mencakup curah hujan, suhu, dan kelembaban. Namun ketika
kami menanyakan hal mengenai faktor tanah dan iklim tersebut, Beliau kurang
memahami faktor-faktor tersebut, sehingga kami butuh pembanding dan akan
membandingkannya dengan petani lainnya.
1.3 Teknik budidaya
Komoditas
yang diusahakan pada perkebunan ini adalah tanaman kakao dengan varietas lokal.
Awal penanaman dilakukan pada bulan ke 10 atau bulan ke 11. 3 bulan sebelum
tanam dibuat lubang tanam dengan kedalaman 40 cm – 50 cm dan lebar 50 cm x 50
cm. Pada perkebunan ini, Beliau tidak menggunakan LCC atau tanaman penutup
tanah.
Pada
perkebunan ini terdapat pohon pelindung yaitu pohon durian dan pohon petai. Penanaman
pohon pelindung bersamaan dengan penanaman kakao dengan jarak pohon pelindung 1
dengan lainnya sekitar 20 meter.
Selain
pohon pelindung, terdapat pula tanaman sela seperti pala dan papaya yang baru
berusia 1 tahun.
1.4 Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan
tanaman meliputi mencakup tentang pemupukan, irigasi, pengendalian gulma, dan
pengendalian hama penyakit.
-Pupuk
yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman kakao adalah pupuk organik yang
diberikan 1 tahun sekali pada bagian ujung mahkota daun untuk lahan miring dan
melingkar di sekitar pohon untuk lahan yang datar. Pupuk organik tersebut
terbuat dari kotoran kambing dan campuran abu. Untuk tanaman kakao yang berumur
3 tahun, dosis pupuk yang diberikan adalah 0,5 kg per tanaman. Namun karena
yang digunakan adalah pupuk organik, maka semakin banyak diberikan, maka akan
semakin baik untuk pertumbuhan tanaman kakao.
Selain
pupuk organik dengan bahan kotoran kambing dan abu saja, terdapat pula pupuk
rampos, dengan komposisi 4 karung kulit cokelat bekas, urea 1 liter bisa 2,5
kg, dan NPK 2,5 kg.
-Perkebunan
ini tidak menerapkan sistem irigasi, melainkan hanya mengandalkan hujan. Bila
tidak hujan, produksi tanaman kakao akan menurun.
-Pengendalian
gulma dilakukan dengan cara mekanik dan kimia. Pengendalian secara mekanik
dilakukan dengan cara mengkoret, dan pengendalian secara kimia dengan
menggunakan herbisida jenis Gramason.
Pengendalian
gulma dengan cara mekanik, dilakukan 3 bulan sekali, sedangkan pengendalian
secara kimia dengan menggunakan herbisida, dilakukan penyemprotan 1 tahun hanya
sekali.
Jika
tidak mampu mengendalikan gulma sendiri, maka Beliau mengupah orang untuk
menyiangi gulma tersebut dengan menggunakan koret dengan upah Rp 1 juta untuk 2
hektar untuk sekali kerja saja.
-Pengendalian
hama penyakit menggunakan akrodik dan nurbesan. Pengaplikasiaannya disemprotkan
kebatangnya dan pentil buah atau dipupuk dicampur dengan urea. 1 akrodik
dicampur urea dengan dosis 50 kg. Pengaplikasian obatnya 6 sendok makan per
batang. Untuk nurbesan, harga 1 rakitnya bisa mencapai Rp 500 ribu. Sehingga
beliau hanya menggunakan akrodik untuk mengendalikan hama penyakitnya.
1.5 Panen, pascapanen, dan
pemasaran
Kriteria
buah kakao yang sudah bisa dipanen adalah buahnya berwarna kekuning-kuningan.
Dipanen dengan menggunakan genter, dengan frekuensi panen nya tiap minggu.
Setelah
dilakukan pemanenan, buah kakao tersebut difermentasi selama 6 hari, setelah
itu dijemur dan dijual ke warung-warung atau penampung buah kakao untuk di
olah.
2. Perkebunan II
2.1 Sejarah
Perkebunan
ini milik masyarakat pribumi berawal dari meminta warga untuk menggarap lahan
dengan sistem bagi lahan. Proses pembayaran kebunnya dilakukan secara berangsur
dari hasil panen. Sebelum ditanami kakao, perkebunan ini ditanami kopi arabika,
kopi yang mati disulam dengan tanama kakao. Luas areal perkebunan adalah 1
hektar . Jarak dari kampung ke lahan sekitar 500 km. Jenis perkebunannya adalah
perkebunan rakyat. Pemilik perkebunan ini adalah Marsino, dengan pendidikan
terakhir adalah SR ( Sekolah Rakyat) dengan penghasilah 2 kw per tahun.
Perbatasan
dengan lahan milik orang lain ditanami dengan tanaman jarak. Sebelah utara
dibatasi dengan sungai dan sebelah barat dibatasi dengan siring.
2.2 Lingkungan perkebunan
Lingkungan
perkebunan dipengaruhi oleh faktor tanah dan iklim. Faktor tanah mencakup
tinggi tempat dari permukaan laut, tinggi kemiringan lahan, dan tebal lapisan
tanah. Faktor iklim mencakup curah hujan, suhu, dan kelembaban. Namun beliau
hanya mengetahui ketinggian lahan dari permukaan lautnya saja yaitu sekitar 80
mdpl.
2.3 Teknik budidaya
Komoditas
yang diusahakan pada perkebunan ini adalah tanaman kakao dengan jenis lokal ICS
60 dan ICS 13 varietas unggul yaitu Sulawesi 1 dan Sulawesi 2. Menurut aturan
dari dinas, untuk pengaturan jarak tanamnya seharusnya 3m x 3m dan 3m x 4m
untuk lahan miring, namun harus juga menyesuaikan juga dengan keadaan lahan.
Untuk perkebunan di sini tidak menggunakan jarak tanam. Komoditas yang ditanam
selain tanaman kakao adalah kopi robusta. Pada perkebunan ini, Beliau tidak
menggunakan LCC atau tanaman penutup tanah. Beliau hanya memanfaatkan pohon
durian, pohon petai, johar, dan dadap sebasebagai pohon pelindung. Selain pohon pelindung, terdapat pula tanaman
selingan seperti pala dan cengkeh.
Proses
pembibitan :
1. Diawali
dengan pemilihan pohon yang terbesar dan buah kakao yang terbesar
2. Pisahkan
antara ujung dan pangkal serta ambil biji pada bagian tengahnya, karena menurut
masyaraka sekitar, biji pada bagian tengah adalah biji yang terbagus untuk
dijadikan benih
3. Cara
penyemaian dilakukan pada suatu tempat sampai ada calon akar
4. Disiram
air dan dipindahkan ke polybag
5. Ditanam
ke lahan pada umur 6 bulan dan daun minimal 5 atau 6 helai sudah
ditranplanting, karena dikhawatirkan bila daun dibawah 5 sudah ditransplanting
ke lahan tidak tahan dengan panas.
Proses
pembibitan juga dapat dilakukan dengan menggunakan serabut kelapa sampai muncul
calon akar dan langsung ditanam tidak perlu dipindah ke polybag.
2.4 Pemeliharaan tanaman
-Pupuk
yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman kakao adalah pupuk kimia seperti NPK,
Urea, KCl, dan TSP. Pupuk diberikan hanya sekali dalam setahun, bagi yang mampu
pemupukan dilakukan 3 kali dalam setahun. Namun pada umumnya masyarakat disini
melakukan pemupukan hanya sekali dalam setahun.
Bila
menggunakan pupuk kompos diaplikasikan pada jarak 50 atau 60 cm dari pohon
untuk lahan datar, sedangkan untuk lahan miring cara pemberian pupuknya adalah pada bagian atasnya
membentuk setengah lingkaran. Semakin banyak pupuk kompos yang diberikan, maka
semakin bagus bagi tanaman kakao. Bahan pembuatan pupuk kompos adalah sampah
bekas kulit kakao dan kotoran kambing sebagai campurannya.
-Sistem
irigasi pada perkebunan ini adalah dengan mengendalikan air sungai untuk lahan
bagian bawah, bak tampungan dengan menampung air hujan untuk lahan bagian atas.
Pada musim kemarau sistem irigasinya juga menggunakan bak penampungan.
-Pengendalian
gulma pada umumnya menggunakan herbisida dengan merek dagang sidolaris, minimal
setahun dilakukan 2 kali dengan dosis 20-50cc per satu tank. 1 Liter sidolaris
digunakan untuk 1 hektar dan diaplikasikan pada awal musim hujan. Dalam
mengendalikan gulma, setiap minggu ada kegiatan pengendalian gulma oleh setiap
anggota secara bergiliran.
Pengaplikasian
herbisida ada 2 yaitu:
1. Untuk
rumput yang baru tumbuh menggunakan gramason dengan system kontak dan
disemprotkan pada pagi, maka 1 -2 jam langsung bereaksi.
2. Untuk
rumput yang yang sudah tua menggunakan sidolaris
-Pengendalian
hama penyakit
Hama
yang menyerang tanaman kakao adalah tupai, monyet putih, dan tikus kecil.
Sistem makan tupai adalah memakan di bagian bawah buah yang sudah matang,
sedangkan tikus memakan di bagian pangkal buah yang masih muda. Cara
pengendalian tupai dan tikus adalah dengan menggunakan perangkap dan senapan
angin.
Penyakit
yang menyerang tanaman kakao adalah busuk buah, brekele dan Helopeltis.
2.5 Panen, pascapanen, dan
pemasaran
Ciri-ciri
buah kakao yang siap dipanen adalah warna buah yang sudah menguning secara
merata. Kakao yang sudah siap dipanen, diambil dengan menggunakan sengget bila
ukuran pohonnya tinggi dan dapat juga menggunakan alat pangkas. Panen dilakukan
seminggu sekali.
Setelah
buah kakao dipanen, buah kakao tersebut ditumpuk kemudian digencat dengan
menggunakan batu hingga kering. Karena masyarakat sekitar tidak menjual buah
kakao dalam bentuk basah, dan harus dalam bentuk kering. Tujuannya agar
terhindar dari pencurian. Setelah buah kakao kering, tujuan pemasarannya adalah
di warung.
3. Perkebunan III
3.1 Sejarah
Pada
perkebunan III dikelola oleh Bapak Sigit, Beliau menceritakan tentang awal pembukaan
lahan hingga pemasaran. Pendidikan terakhir beliau adalah SMP dengan mata pencaharian
sebagai petani kakao, penghasilan beliau pertahun adalah 2 hektar mencapai 4
ton lebih.
Luas
areal perkebunan kakao milik pak Sigit adalah 2 hektar yang berbeda areal,
lahan ini dibeli dari orang pribumi dari tangan kedua yang bernama Armalia.
Pada mulanya lahan ini merupakan kebun kopi yang bentuknya sudah rusak dan
masih berupa belukar.
Pembukaan
lahan dilakukan secara manual yaitu dengan cara menebang habis secara manual
dan dibakar dengan waktu lama pembukaan sekitar 2 bulan. Setelah dilakukan
pembukaan lahan, jarak dari pembukaan lahan hingga ditanam adalah sekitar 4
bulan. Lahan ini dilakukan dengan system TOT ( Tanpa Olah Tanah) dan baru
ditanam dengan kakao. Setelah lahan bersih diukur diameternya sekitar 3 m2
dengan jarak tanam 3 m x 3 m
diukur dengan menggunakan tali untuk menyamakan barisan. Pada tahun 2003 mulai
ditanam kakao.
Jarak
dari rumah ke lahan sekitar 200 km.
Jarak
antar perkebunan 1 dengan perkebunan lainnnya dipisahkan oleh pemisah yaitu:
Sebelah
timur : Dipisahkan oleh siring
3.2 Lingkungan perkebunan
Lingkungan
perkebunan dipengaruhi oleh faktor tanah dan iklim. Faktor tanah mencakup
tinggi tempat dari permukaan laut, tinggi kemiringan lahan, dan tebal lapisan
tanah. Faktor iklim mencakup curah hujan, suhu, dan kelembaban. Curah hujan di
daerah ini sedikit, dan suhu sekitar 350C. Namun ketika kami menanyakan hal
mengenai faktor tanah tersebut, Beliau kurang memahami faktor-faktor tersebut, sehingga
kami butuh pembanding dan akan membandingkannya dengan petani lainnya.
3.3 Teknik budidaya
Komoditas
yang diusahakan pada perkebunan ini adalah tanaman kakao dengan varietas lokal.
Pada proses pembibitan, diambil batang yang paling bagus di bagian batang induk
karena varietasnya bagus dan buahnya besar. Setelah diambil dari batang induk,
langsung banting untuk dibelah dan hindarkan pembelahan dengan menggunakan
pisau, hal ini bertujuan agar benih tidak ikut terpotong. Bibit yang digunakan
adalah bibit yang berada di bagian tengah. Setelah itu sambil menyiapkan
polybag , benih kakao disemai hingga akar keluar. Polybag yang bagus adalah
polybag yang berisi tanah yang telah dijemur. Hal ini dikarenakan supaya bibit
spora mati dan pada saat penanaman benar-benar siap.
Pada
perkebunan ini terdapat pohon pelindung yaitu pohon sengon, Beliau memilih
pohon sengon, karena kayu pohon sengon merupakan kayu produksi. Penanaman pohon
pelindung bersamaan dengan penanaman kakao.
Selain
pohon pelindung, terdapat pula tanaman sela seperti tanaman cengkeh dan pisang,
penanamannya dilakukan 4 tahun.
3.4 Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan
tanaman meliputi mencakup tentang pemupukan, irigasi, pengendalian gulma, dan
pengendalian hama penyakit.
-Pupuk
yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman kakao adalah pupuk kompos yang
diberikan 1 tahun 2 kali, masing-masing 5 kg per batang, dan keseluruhannya
terdapat 800 batang per hektar dan membutuhkan 4 ton per hektar pupuk kompos.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos adalah kotoran kambing,
serbuk gergaji, dan batang pisang yang sudah dicacah. Beliau menggunakan batang
pisang yang sudah dicacah karena proses fermentasi kandungan airnya sudah
banyak.
-Perkebunan
ini tidak menerapkan sistem irigasi, melainkan hanya mengandalkan hujan.
-Pengendalian
gulma dilakukan dengan cara disemprot dengan obat secara kontak agar tidak
mempengaruhi tanaman. Racun kontak tergantung dari jenih atau tidaknya air yang
digunakan. 1 Botol sekitar 250 cc, per tank nya sekitar 50 cc. Beliau
menggunakan gramason untuk mengendalikan gulmanya.
-Pengendalian
hama penyakit menggunakan akrodik dan nurbesan. Penyakit pada buah kakao ini,
antara lain seperti kanker batang, busuk buah, helopelthis. Pengaplikasiaannya
disemprotkan kebatangnya dan pentil buah atau dipupuk dicampur dengan urea. Jadwal
pemupukan dengan menggunakan akrodik adalah 2 kali dalam setahun pada awal
musim hujan.
3.5 Panen, pascapanen, dan
pemasaran
Kriteria
buah kakao yang sudah bisa dipanen adalah buahnya berwarna kekuning-kuningan,
diukur dengan menggunakan tangan , apabila buah kakao di pukul dengan tangan,
maka akan menghasilkan bunyi yang padat. Dipanen dengan menggunakan genter, dan
jangan sampai batangnya menempel pada tangkainya, karena pada bagian tangkai
terdapat calon buah. Setelah 10 hari dilakukan pemetikan buah kakao kembali,
setelah dipetik, dikumpulkan di kebun, dikupas dan diolah dengan sistem
oksalan/ fermentasi
Setelah
dilakukan pemanenan, buah kakao tersebut difermentasi.
Keunggulan
dari buah kakao yang di fermentasi adalah :
1. Tahan
disimpan
2. Aroma
khas tersendiri
3. Biji
dalamnya cokelat ( kualitas bagus) dan tidak berwarna hitam
Proses
fermentasi :
1. Buat
kotak untu tempat fermentasi dengan ukuran tidak boleh kurang dari 40 cm dan
harus diatas 40 cm
2. Dinding
pada kotak diberi lubang dengan jarak 10 cm dengan diameter 8mm. Melubangi
kotak tersebut dengan menggunakan bor.
3. Lembabkan
karung goni, karena apabila kering maka karung goni tersebut akan berongga.
4. Tutup
kotak dengan karung goni
5. Tutup
kembali dengan terpal atau kantong-kantong lainnya yang menutupi karung goni tersebut.
6. Setelah
2 hari di pindahkan ke kotak kosong
7. Pada
kotak diberi lubang agar air turun
8. Setelah
2 hari dibalik lagi dan dilanjutkan dengan proses penjemuran
Resiko
cokelat fermentasi :
1. Apabila
hari itu dijemur, maka harus ada panas. Bila tidak ada panas sebaiknya
menggunakan oven. Namun apabila menggunakan oven, ditakutkan aroma dari biji
akkao tersebut akan beraroma asam
2. Biji
yang harusnya cokelat menjadi berwarna hitam
Cara
pemasaran buah kakao:
1. Untuk
tingkat desa mempunyai niai lebih sekitar Rp 3rb/kg daripada cokelat oksalan
2. Pemasarannya
dilakukan di PT. OLAM yang terletak di daerah Panjang
IV.
KESIMPULAN
Setelah melakukan survey, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Mata pencaharian di desa Penyandingan,
rata-rata berprofesi sebagai petani kakao
2. Luas
kebun yang dimiliki oleh petani rakyat sekitar 1 hektar sampai 2 hektar
3. Petani
kakao di desa ini, rata-rata menggunakan varietas lokal
4. Petani
kakao di desa ini, tidak menggunakan LCC namun lebih memilih tanaman selingan
yang dapat menghasilkan seperti tanaman pala dan cengkeh
5. Pohon
pelindung yang digunakan oleh masyarakat petani di desa ini, rata-rata
menggunakan pohon duren dan pohon petai
6. Pembatas
antar kebun kakao dibatasi dengan tanaman jarak, siring, sungai dan jalan.
7. Petani
kakao di desa ini lebih menerapkan sistem tadah hujan dalam pemeliharaan
tanaman kakao
8. Petani
kakao di desa ini menggunakan pupuk kompos dengan kotoran kambing sebagai bahan
pencampurnya.
9. Petani
kakao di desa ini menggunakan Gramason untuk mengendalikan gulma
10. Petani
kakao di desa ini menggunakan akrodik untuk mengendalikan hama penyakit
11. Penyakit
pada tanaman kakao seperti kanker batang, brekele, busuk buah, dan helopelthis
12. Hama
pada tanaman kakao seperti tupai, tikus, dan monyet putih ( simpai).
13. Rata-rata
bagi petani yang kurang mampu, melakukan pemupukan hanya 1 kali sampai 2 kali
dalam setahun
14. Biji
kakao yang baik untuk dijadikan benih adalah biji kakao yang terletak di
tengah.
15. Panen
dilakukan dengan menggunakan sengget
16. Pasca
panen, biji-biji kakao tersebut difermentasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis.V., Nur
Khoiriyah. A. 2007. Perspektif Agribisnis
Kakao di
SulawesiTenggara (Studi Kasus
Kabupaten Kloaka).
Tino Mutiarawati. 2006.
Kendala Peluang dalam Produksi Pertanian
Organik di
Indonesia.
Jakarta.
Undang-Undang Republik
Indonesia No. 18 Tahun 2004 tentang Pemberdayaan
Usaha Perkebunan.
Kementrian Perkebunan.
Wikipedia, 2010. Perkebunan. http://en.wikipedia.org. (
28 Oktober 2011).
LAMPIRAN
Perkebunan
1
Keterangan
:
Pemilik
perkebunan mengenakan topi berwarna biru.
Nama
pemilik perkebunan : Abdul Karim
Pendidikan
terakhir : SD
Keterangan
: proses pembibitan kakao
Keterangan
:
Kebun
kakao milik pak Abdul Karim
Buah
kakao yang dihasilkan dari perkebunan pak Abdul Karim
Keterangan :
Buah kakao yang dihasilkan dari
perkebunan pak Abdul Karim
Keterangan :
Buah kakao yang dihasilkan dari
perkebunan pak Abdul Karim
Keterangan :
Buah kakao yang dihasilkan dari
perkebunan pak Abdul Karim
Keterangan :
Buah kakao yang dibelah
Keterangan :
Tanaman selingan : pala
Keterangan :
Tanaman selingan : papaya
Keterangan :
Kulit kakao bekas, yang digunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk rampos
Keterangan :
Bunga pohon kakao yang nantinya
akan menjadi buah kakao.
Keterangan :
Alat yang digunakan dalam memanen
buah kakao yang biasa disebut dengan sengget.
Keterangan : Proses pengeringan
biji kakao
Perkebunan 2
Keterangan :
Nama Pemilik perkebunan : Marsino
Pendidikan terakhir : SR ( Sekolah Rakyat )
Keterangan : Foto kami bersama anak
pak Marsino
Keterangan :
Perkebunan ini sudah memiliki
kelompok tani
Keterangan :
Sertifikat SL-PHT Kakao Swadaya
Keterangan :
Sertifikat bahwa Beliau telah
mengikuti pelatihan dinamika kelompok dalam sistem kebersamaan ekonomi
Keterangan :
Struktur dari
kelompok tani
Keterangan :
Perbatasan antara
kebun yang 1 dengan yang lainnya, dibatasi oleh adanya siring kecil.
Keterangan : Kakao yang diperbanyak
dengan sambung pucuk dan telah menghasilkan daun muda.
Keterangan : Tanaman sela
Keterangan : Tanaman pelindung
Keterangan : Tanaman pelindung
Keterangan : Suasana di perkebunan
milik Pak Marsino
Keterangan : Alat yang digunakan
untuk memanen buah kakao
Keterangan : Pupuk yang digunakan
dalam pemeliharaan kakao
Keterangan : Pemberitahuan mengenai
cara pembuatan pupuk kompos dengan memperlihatkan foto-foto.
Keterangan : foto 1 yang
diperlihatkan adalah memasukkan bekas
kulit kakao atau sisa-sisa daun ke dalam kotak besar yang telah disediakan
Keterangan : Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk kompos
Keterangan :
Masukkan Ragi kompos ke dalam
Gembor
Keterangan : Masukkan urea dan NPK
beserta Ragi kompos ke dalam kotak yang berisi kulit kakao bekas dan sisa-sisa
daun.
Keterangan : Tutup kotak yang
berisi campuran sisa-sisa daun, NPK, urea, dan ragi kompos dengan karung beras,
dan diamkan hingga waktu tertentu.
Keterangan : Setelah ditutup dan
didiamkan, bila dibuka, warnanya akan berubah menjadi hitam.
Keterangan : Proses pengeringan
biji kakao
Perkebunan 3
Keterangan :
Nama pemilik perkebunan : Sigit
Pendidikan terakhir : SMP
Keterangan : Kondisi perkebunan pak
Sigit
Keterangan : Perbatasan antara
kebun 1 dengan kebun lainnya dibatasi oleh jalan setapak
Keterangan : Pohon pelindung
Keterangan : Tanaman sela nya
adalah pohon pisang
Keterangan : Tanaman pelindung yang
baru berusia beberapa tahun
Keterangan : Pohon jarak sebagai
batas antara kebun 1 dengan kebun lainnya
Keterangan : Buah kakao yang
dihasilkan pada perkebunan milik pak Sigit
Keterangan : Gudang tempat
penyimpanan biji kakao
Keterangan : Biji kakao yang
disimpan di dalam karung beras
Keterangan : Biji kakao yang
difermentasikan di dalam kotak
Keterangan : Lubang tempat
keluarnya air dari sisa fermentasi biji kakao.
Keterangan : Rancangan khusus dalam
pembuatan oven yang digunakan dalam proses pengeringan biji kakao setelah
difermentasikan
Keterangan : lubang yang digunakan
sebagai sumber pemerataan panas yang disebarkan ke seluruh biji kakao
Keterangan : Tempat meletakkan kayu
sebagai sumber dari proses pembakaran
Keterangan : Tempat pembuangan uap
api
Keterangan : Tempat peletakkan rak
yang berisi biji kakao.
Keterangan : Tempat pembuatan rak
yang nantinya sebagai tempat meletakkan biji kakao yang akan dikeringkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar