PENGENALAN
GEJALA DAN STRUKTUR PATOGEN
(
Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman)
Oleh
Wanty
pristiarini
0914013056
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Timbulnya gejala penyakit
disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan
gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk,
tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
Sebagai akibat
terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan
pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
Perubahan tersebut
seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi
adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam
perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada
jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan
(eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Penyebab penyakit
digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang
bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan
udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim, oksigen dan
cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak tepat dosis.
Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu
jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit.
Penyebab yang bersifat biotik disebut juga patogen yang berasal dari bahasa
latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat.
Patogen menyebabkan
sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada
tanaman.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui gejala
yang muncul pada tanaman
2.
Agar mahasiswa mengetahui struktur
pathogen yang diamati di bawah mikroskop
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Penyakit tanaman
merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau
memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan
oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit
tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen
penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari
19 persen ( Jackson, 2009).
Penyakit akan terjadi
apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung
lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang tanaman yang rentan (Tjahjadi,
1989).
Penyakit bisa muncul
karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen sertalingkungan. Ini yang disebut
segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu
faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul.
Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah
tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan
lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Tanaman yang sakit
adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna,
yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun
kuantitas. Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme
(mahluk hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan
lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban,
defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).
Penyakit dapat dikenal
dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur
tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan.
Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle,
sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah
interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut
segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).
Patogen adalah sesuatu
yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal dari bahasa Yunani,Pathos yang
berarti menderita dan genesis yang berarti asal. Umumnya istilah patogen hanya
dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai dapat menimbulkan penyakit pada
jasad lain (Semangun, 1996).
Penyakit tanaman dapat
didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak
dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).
DAFTAR PUSTAKA
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and
Molecular Biology. Caister Academic Press.
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian
Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset,
Yogyakarta.
Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan.
http://mynature-faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanaman-pangan.html. diakses16
Maret 2012.
Nasution, Ahmad Sanusi. 2008. Pengenalan Patologi/Penyakit
Tumbuhan.http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/
Diakses 16 Maret 2012.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press,
Yogyakarta.
Tjahjadi, Nur.
1989. Hama dan Penyakit Tanaman.
Palembang: Kanisius
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada
UniversityPress,
Yogyakarta.
III.
METODELOGI
A.
Alat dan bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop dan alat tulis. Serta bahan yang
digunakan antara lain daun tembakau, daun alpokat, daun singkong, daun kopi,
dan daun jeruk.
B.
Cara kerja
Adapun cara kerja dalam
praktikum ini, antara lain :
1.
Diamati gejala yang muncul pada daun tembakau,
daun alpokat, daun singkong, daun kopi, dan daun jeruk yang telah disediakan
2.
Diambil jarum untuk memotong bagian daun
yang terserang penyakit untuk diamati di bawah mikroskop
3.
Diamati hingga memperoleh struktur
patogennya
IV.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil pengamatan
No
|
Foto daun yang
terkena gejala penyakit
|
Gambar daun
yang terkena gejala penyakit
|
Struktur pathogen
|
1
|
Nama penyakit : Patik tembakau
(Cercospora
nicotianae)
|
|
|
2
|
Nama penyakit : CMV
( Virus CMV)
|
|
|
3
|
Nama penyakit : Mosaik Betok tembakau
( Virus TEV)
|
|
|
4
|
Nama penyakit : Bercak daun cercospora
(Cercospora
purpurea)
|
|
|
5
|
Nama penyakit : Bercak daun cercospora
(
Cercospora viscosae)
|
|
|
6
|
Nama penyakit : CVPD
(bakteri liberobacter asiaticum)
|
|
|
7
|
Nama penyakit : Embun jelaga kopi
( Capnodium
sp)
|
|
|
B.
Pembahasan
Gejala
penyakit patik pada tembakau
Patogen penyebab
penyakit ini adalah Cercospora nicotianae.
Tidak sulit bagi kita mengidentifikasi/mengenali ciri-ciri pada daun tanaman
tembakau yang telah terkena penyakit ini. Daun yang sakit mempunyai
bercak-bercak merah kecoklatan melingkar yang garis tengahnya dapat mencapai 2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat
lalu menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian
ini pecah dan berlubang. Bila kita perhati-kan lebih jauh pada tengah-tengah
bercak tersebut akan terdapat titik-titik hitam yang sangat halus. Titik –titik
tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur. Cercospora nicotianae ini ternyata dapat berkembang sejak di
pembibitan, tanaman di lapangan bahkan setelah daun dipetik dan selama proses
pengeringan daun di bangsal/gudang. Hal ini berarti jamur tersebut tidak hanya
membahayakan tanaman tembakau pada fase tertentu saja, namun juga mulai
pembibitan hingga pasca panen.
Bercak-bercak tersebut
biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun-daun yang telah
matang, karena daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda.
Meskipun demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk
perkembangan jamur serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak
daun dapat terjadi juga pada daun yang masih muda.
Penyebaran penyakit ini
sangat mudah. Sebagai contoh bila konidia Cercospora jatuh pada daun tembakau
yang akan dipetik dan konidia ini melekat pada daun yang akan dibawa ke gudang,
maka konidia tersebut masih mampu berkembang pada daun tembakau di dalam
gudang. Udara diantara daun-daun yang lembab di gudang yang sangat lembab ini
sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada daun yang telah kering
akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan.
Klasifikasi
Klas :Hyphomycetes
Ordo :
Miniliales
Famili :
Moniliaceae
Genus :
Cercospora
Spesies : Cescospora nicotianae
Struktur
Patogen
Jamur Cescospora nicotianae mempunyai
konidiofor berwarna coklat yang bersekat-sekat dengan ukuran 20 sampai 600 x 5
um. Konidiofornya berbentuk panjang, agak membengkok dan mempunyai sekat yang
banyak serta tidak berwarna (hyalin). Konidia mempunyai ukuran yang bervariasi
yaitu sekitar 25 hingga 370 x 6.1 um, tergantung media dan suhunya.
Jamur ini menginfeksi
tanaman melalui mulut daun tembakau (stomata). Untuk dapat berkecambah konidia
membutuhkan air. Konidia dapat disebarkan melalui angin ataupun percikan air.
Sporulasi jamur pada permukaan daun terjadi pada suhu 18 – 27oC.
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain :
1.
Pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau
yang telah dipanen sehabis tanam.
2.
Daun-daun yang telah terkena penyakit dipetik
supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya.
3.
Pemberian fungisida bahan aktif tembaga
hidroksida seperti Victory 80WP yang bergantian dengan Kocide 50WDG.
Gejala
penyakit CMV pada tembakau
Virus CMV (Cucumber Mozaic Virus) merupakan
penyebab penyakit pada tanaman tembakau yang sangat merugikan. Gejala daun yang
terserang CMV adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali
tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Penyakit yang
disebakan oleh virus ini sampai saat ini masih sulit dikendalikan karena virus
ini mempunyai banyak jenis tanaman inang dan dapat disebarkan oleh vektor,
biji, bahan perbanyakan tanaman, dan alat mekanis. Pengendalian penyakit CMV
yang banyak dilakukan hanyalah bersifat sebagai pencegahan misalnya penggunaan
bibit tahan atau bebas viru, eradikasi tanaman terinfeksi, pengendalian vektor
dan proteksi silang
Klasifikasi
Group :
Group IV ((+)ssRNA)
Family :
Bromoviridae
Genus :
Cucumovirus
Species :
Cucumber mosaic virus
Struktur
patogen
CMV adalah positif-rasa
linier, RNA beruntai tunggal virus. Total genom ukuran 8,621 kb dan dibagi
menjadi tiga bagian. Bagian terbesar adalah 3,389 kb; terbesar kedua adalah
3,035 kb; terbesar ketiga adalah 2,197 kb. RNA dikelilingi oleh mantel protein
yang terdiri dari 32 salinan protein struktural tunggal yang membentuk partikel
isometrik.
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan CMV ini antara lain :
1.
Menghilangkan gulma dan tanaman sakit
sehingga dapat mengurangi kemungkinan infeksi
2.
Mensterilkan alat, mesin dan tangan
3.
Penggunaan varietas tahan
4.
Penggunaan insektisida
Gejala
penyakit betok pada tembakau
Gejala awal berupa
terjadinya vein clearing pada daun yang diikuti timbulnya bercak-bercak warna
putih, bentuknya memanjang, dan kadang-kadang agak bengkok. Bercak-bercak yang
menyebar menyebabkan daun terlihat penuh dengan goresan. Gejala ini mulai
tampak 14-18 hari setelah inokulasi atau pada saat tanaman menjelang berbunga.
Klasifikasi
Group :
Kelompok IV ( (+) ssRNA )
Keluarga :
Potyviridae
Genus :
Potyvirus
Spesies : Tobacco etch virus
Struktur
patogen
Partikel virus ini
berbentuk batang lentur dengan panjang sekitar 740 nm. Badan inklusi virus ini
berbentuk seperti cakra (pin-wheel). Virus ini tergolong dalam Potato Virus Y
dan adanya intranuclear crystal yang berbentuk segi empat. Penularan virus
utamanya ditularkan oleh vektor kutu daun Myzus
persicae secara non-persisten dan dapat juga melalui penularan
mekanis.
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan TEV ( Tembakau Etch
Virus ) ini antara lain :
1.
Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang
matang
2.
Memperbaiki drainase
3.
Penggunaan pupuk kandang yang telah
masak
4.
Rotasi tanaman minimal 2 tahun
5.
Menggunakan varietas tahan
6.
Penyemprotan fungisida
Gejala
penyakit bercak daun pada daun alpokat
Bercak cokelat muda
dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak
cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan
akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.
Klasifikasi
Raya :
Jamur
Filum :
Ascomycota
Kelas :
Dothideomycetes
Subclass :
Dothideomycetidae
Order :
Capnodiales
Keluarga :
Mycosphaerellaceae
Genus :
Pseudocercospora
Spesies :
Purpurea P.
Binomial nama : Purpurea
Pseudocercospora
Sinonim : Cercospora purpurea
Struktur
Patogen
Konidiofor pucat
berwarna kuning langsat berwarna cokelat gelap, gelap dalam massa, seragam
dengan lebar dan warna, multiseptate, tidak atau jarang bercabang, sedikit
geniculate, lurus untuk berombak-ombak, bekas spora kecil di ujung membulat,
3-4,5 x 20-200 pM, beberapa koleksi menampilkan konidiofor divergen hanya
pendek dan yang lain hanya yang panjang, muncul terutama panjang ketika konidia
gigih; konidia obclavato-berbentuk silindrik, berwarna kuning langsat pucat,
panjang obconically dasar truncate, tumpul untuk subakut ujung, tak jelas 1-9 septate,
langsung ke melengkung, 2-4,5 x 20-100 pM.
Pengendalian
Penyemprotan fungisida
Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat
juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
Gejala
penyakit bercak daun singkong
Gejala berupa bercak
dengan ukuran besar, berwarna cokelat, dan tanpa batas yang jelas. Pada umumnya
bercak akan menutupi hingga 1/5 seluruh permukaan daun. Permukaan atas bercak
berwarna cokelat, tetapi pada permukaan bawah terdapat warna keabu-abuan yang
berisi konidium cendawan. Pada umumnya penyakit ini terdapat pada daun tua.
Klasifikasi
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Class :
Dothideomycetes
Order :
Capnodiales
Family :
Mycosphaerellaceae
Genus :
Cercospora
Spesies :
Cercospora viscosae
Struktur
patogen
Cendawan ini tidak
membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara keseluruhan. Konidiofor
berwarna cokelat kemerahan tua, berukuran 50-150 x 4-6 µm, membentuk berkas
yang mirip koremium. Konidium berbentuk gada terbalik silindris, berukuran
25-100 x 4-6 µm.
Pengendalian
Pengendalian penyakit
ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan (seperti varietas Malang 2),
pergiliran tanaman, pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi stek supaya
bebas dari patogen), memotong bagian daun yang terserang, dan memekai Fungisida
(penyemprotan Perenox 5% 2 minggu sekali).
Gejala
penyakit CVPD pada daun jeruk
1.
Gejala Luar
Pada tanaman muda
gejala yang nampak yaitu adanya kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhan
mencuat ke atas dengan daun-daun kecil dan belang-belang kuning. Tanaman
biasanya menghasilkan buah berkualitas rendah.
Pada tanaman dewasa,
gejala yang sering tampak adalah cabang yang daun-daunnya kuning dan kontras
dengan cabang lain yang daun-daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan
sebutan greening sektoral. Daun pada cabang-cabang yang terinfeksi menjorok ke
atas seperti sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip
dengan warna kuning di antara tulang daun. Gejala-gejala ini mirip dengan
gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh defisiensi Zn dalam
tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan menunjukkan
gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan indikator yang sangat
penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn
biasanya tidak begitu tampak.
Buah pada cabang-cabang
terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran kecil, terutama
pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal buah biasanya
muncul warna orange yang berlawanan dengan buah-buah sehat. Buah-buah yang
terserang rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna
hitam.
2.
Gejala Dalam
Pada irisan melintang
tulang tengah daun jeruk berturut-turut dari luar hingga ketengah daun akan
terlihat jaringan-jaringan epidermis, kolenkim, sklerenkim dan floem. Gejala
dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah:
·Floem tulang daun
tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun tanaman sehat.
·Pada floem tulang daun
tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal yang merupakan jalur-jalur
mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal tersebut adalah
beberapa lapis dinding sel yang berdesak-desakan.
·Didalam berbagai
jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir- butir halus
zat pati.
Klasifikasi
Nama umum : citrus huanglungbin (greening) disease
Kingdom : Proteobacteria
Kelas : Rhodospirilli
Ordo : Rhizobiales
Famili : Rhizobiaceae
Struktur
patogen
Penyakit CVPD
ditularkan oleh kutu loncat Diaphorina citri Kuw. dan bibit yang telah
terinfeksi penyakit ini. Tipe hubungan patogen CVPD di dalam tubuh vektornya
bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif, artinya jika vektor CVPD
telah mengandung patogen L. asiaticum,
maka jika kondisinya ideal selama hidupnya akan bersifat viruliferous, tetapi
tidak diturunkan kepada anaknya. Serangga penular ini menyerang kuncup daun dan tunas-tunas
muda, dan mengakibatkan tunas menjadi keriting dan pertumbuhannya terhambat.
Pada tingkat serangan lebih lanjut, bagian tunas yang terserang secara
bertahap menjadi kering dan kemudian mati. Serangga penular CVPD ini menjadi
lebih aktif pada suhu tinggi (dataran rendah) dibanding pada suhu rendah
(dataran tinggi). Tanaman inang kutu loncat ini adalah kemuning (Muraya peniculata)
dan dari famili Rutaceae.
Kutu loncat ini juga
menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral, diletakkan di atas
permukaan daun atau pucuk tunas. Diaphorina citri mempunyai 3 stadia hidup,
yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya berlangsung selama 16 - 18 hari
pada suhu panas atau ± 45 hari pada suhu dingin. Serangga penular ini mampu
bertelur sebanyak 500 - 800 butir selama masa hidupnya yang biasanya diletakkan
secara tunggal atau kelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda sehingga pola pertunasan
merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya.
Pengendalian
1.
Pengendalian pengaturan karantina,
dengan cara melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya, dan
melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain.
2.
Pengendalian secara bercocok
tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman
sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin,
ketinggian tempat, tanah/lahan bebas sumber inokulum), pengaturan jarak tanam,
bibit sehat/tidak menanam bibit sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman
terserang.
3.
Pengendalian mekanis dan fisik,
dilakukan dengan membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan
membongkar tanaman sakit serta memusnahkannya.
4.
Pengendalian biologi, dengan cara
memanfaatkan parasit, predator, dan patogen untuk mengendalikan vektornya,
yaitu : Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus
aligarhensis dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90% dan 60 - 80% Predator
seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan Chrysophydae. Entomopatogen
antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga mencapai, 30%.
5.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan
insektisida untuk mengendali-kan vektornya bila cara-cara lain tidak efektif.
Gejala
penyakit embun jelaga pada daun kopi
Cendawan menyerang
tanaman ang banyak dikerumuni kutu dompolan atau kutu hijau. Daun yang
terserang akan tertutup lapisan hitam seperti jelaga.
Klasifikasi
Kingdom :
Fungi
Phylum :
Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class :
Dothideomycetes
Subclass :
Dothideomycetidae
Order :
Capnodiales
Family :
Capnodiaceae
Genus :Capnodium
Struktur
patogen
Berbentuk seperti
tabung, dalam jumlah banyak.
Pengendalian
1.
Menyemprot kutu daun dengan insektisida
2.
Menggosok embun jelaga dengan tangan,
menyiramkan air ke daun yang
terserang, tetapi dengan datangnya hujan, cendawan embun jelaga akan mengelupas
dengan sendirinya.
V.
KESIMPULAN
Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan yang telah dilaksanakan, antara
lain :
1.
Walaupun berbeda spesiesnya patogen Cercospora tidak hanya menyerang satu
tanaman saja, melainkan berbagai tanaman seperti singkong, tembakau dan
alpokat.
2.
Patogen menyebabkan sakit pada gen
sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.
3.
Rata-rata virus disebabkan oleh
kutu-kutuan, karena kutu-kutuan mengeluarkan cairan yang dapat menimbulkan
penyakit pada tanaman
4.
Kutu-kutuan merupakan vektor penyebab
penyakit, oleh sebab itu perlu dikendalikan dengan menyemprotkan insektisida
5.
Penyakit tanaman merupakan adanya
penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi
fungsi-fungsi vitalnya
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar