Rabu, 10 Oktober 2012

laporan 1 penyakit penting tanaman


PENGENALAN GEJALA DAN STRUKTUR PATOGEN
( Laporan Praktikum Penyakit Penting Tanaman)




Oleh
Wanty pristiarini
0914013056


Description: ANd9GcSZZfgtVTA-p8bd5J4hEmaJS9Hbnfhg2_idjtrDiLdamfr0CwQ&t=1&usg=__5Qxw9K0KqAAwrqacnaOAbfMCqzg=


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I.                   PENDAHULUAN


A.      Latar belakang

Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim, oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit. Penyebab yang bersifat biotik disebut juga patogen yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat.

Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui gejala yang muncul pada tanaman
2.      Agar mahasiswa mengetahui struktur pathogen yang diamati di bawah mikroskop

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus.  Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari 19 persen ( Jackson, 2009).
Penyakit akan terjadi apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang tanaman yang rentan (Tjahjadi, 1989).
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen sertalingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).

Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal dari bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti asal. Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996).
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).

DAFTAR PUSTAKA

Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and
Molecular Biology. Caister Academic Press.
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian
Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan.
Nasution, Ahmad Sanusi. 2008. Pengenalan Patologi/Penyakit
Tumbuhan.http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/ Diakses 16 Maret 2012.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada
UniversityPress, Yogyakarta.








III.             METODELOGI


A.      Alat dan bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop dan alat tulis. Serta bahan yang digunakan antara lain daun tembakau, daun alpokat, daun singkong, daun kopi, dan daun jeruk.

B.       Cara kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini, antara lain :
1.      Diamati gejala yang muncul pada daun tembakau, daun alpokat, daun singkong, daun kopi, dan daun jeruk  yang telah disediakan
2.      Diambil jarum untuk memotong bagian daun yang terserang penyakit untuk diamati di bawah mikroskop
3.      Diamati hingga memperoleh struktur patogennya







IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.      Hasil pengamatan

No
Foto daun yang terkena gejala penyakit
Gambar daun yang terkena gejala penyakit
Struktur pathogen
1
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Patik tembkau.jpg
Nama penyakit : Patik tembakau
(Cercospora nicotianae)

2
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Cmv tmbkau.jpg
Nama penyakit : CMV
( Virus CMV)

3
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Mosaik betok tmbkau.jpg
Nama penyakit : Mosaik Betok tembakau
( Virus TEV)


4
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Cercospora alpokat.jpg
Nama penyakit : Bercak daun cercospora
(Cercospora purpurea)

5
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Foto1248.jpg
Nama penyakit : Bercak daun cercospora
( Cercospora viscosae)


6
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Foto1251.jpg
Nama penyakit : CVPD
(bakteri liberobacter asiaticum)

7
Description: C:\Users\mukliz\Documents\folder kuliah wanty\New folder\Embun jelaga kopi.jpg
Nama penyakit : Embun jelaga kopi
( Capnodium sp)





B.       Pembahasan

Gejala penyakit patik pada tembakau
Patogen penyebab penyakit ini adalah Cercospora nicotianae. Tidak sulit bagi kita mengidentifikasi/mengenali ciri-ciri pada daun tanaman tembakau yang telah terkena penyakit ini. Daun yang sakit mempunyai bercak-bercak merah kecoklatan melingkar yang garis tengahnya dapat mencapai  2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat lalu menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan berlubang. Bila kita perhati-kan lebih jauh pada tengah-tengah bercak tersebut akan terdapat titik-titik hitam yang sangat halus. Titik –titik tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur. Cercospora nicotianae ini ternyata dapat berkembang sejak di pembibitan, tanaman di lapangan bahkan setelah daun dipetik dan selama proses pengeringan daun di bangsal/gudang. Hal ini berarti jamur tersebut tidak hanya membahayakan tanaman tembakau pada fase tertentu saja, namun juga mulai pembibitan hingga pasca panen.
Bercak-bercak tersebut biasanya muncul pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun-daun yang telah matang, karena daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda. Meskipun demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk perkembangan jamur serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak daun dapat terjadi juga pada daun yang masih muda.
Penyebaran penyakit ini sangat mudah. Sebagai contoh bila konidia Cercospora jatuh pada daun tembakau yang akan dipetik dan konidia ini melekat pada daun yang akan dibawa ke gudang, maka konidia tersebut masih mampu berkembang pada daun tembakau di dalam gudang. Udara diantara daun-daun yang lembab di gudang yang sangat lembab ini sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan.


Klasifikasi
Klas     :Hyphomycetes
Ordo    : Miniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Cercospora
Spesies : Cescospora nicotianae

Struktur Patogen
Jamur Cescospora nicotianae mempunyai konidiofor berwarna coklat yang bersekat-sekat dengan ukuran 20 sampai 600 x 5 um. Konidiofornya berbentuk panjang, agak membengkok dan mempunyai sekat yang banyak serta tidak berwarna (hyalin). Konidia mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu sekitar 25 hingga 370 x 6.1 um, tergantung media dan suhunya.
Jamur ini menginfeksi tanaman melalui mulut daun tembakau (stomata). Untuk dapat berkecambah konidia membutuhkan air. Konidia dapat disebarkan melalui angin ataupun percikan air. Sporulasi jamur pada permukaan daun terjadi pada suhu 18 – 27oC.
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain :
1.      Pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau yang telah dipanen sehabis tanam.
2.      Daun-daun yang telah terkena penyakit dipetik supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya.
3.      Pemberian fungisida bahan aktif tembaga hidroksida seperti Victory 80WP yang bergantian dengan Kocide 50WDG.


Gejala penyakit CMV pada tembakau
Virus CMV (Cucumber Mozaic Virus) merupakan penyebab penyakit pada tanaman tembakau yang sangat merugikan. Gejala daun yang terserang CMV adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Penyakit yang disebakan oleh virus ini sampai saat ini masih sulit dikendalikan karena virus ini mempunyai banyak jenis tanaman inang dan dapat disebarkan oleh vektor, biji, bahan perbanyakan tanaman, dan alat mekanis. Pengendalian penyakit CMV yang banyak dilakukan hanyalah bersifat sebagai pencegahan misalnya penggunaan bibit tahan atau bebas viru, eradikasi tanaman terinfeksi, pengendalian vektor dan proteksi silang
Klasifikasi
Group              : Group IV ((+)ssRNA)
Family             : Bromoviridae
Genus              : Cucumovirus
Species            : Cucumber mosaic virus
Struktur patogen
CMV adalah positif-rasa linier, RNA beruntai tunggal virus. Total genom ukuran 8,621 kb dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian terbesar adalah 3,389 kb; terbesar kedua adalah 3,035 kb; terbesar ketiga adalah 2,197 kb. RNA dikelilingi oleh mantel protein yang terdiri dari 32 salinan protein struktural tunggal yang membentuk partikel isometrik.
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan CMV  ini antara lain :
1.      Menghilangkan gulma dan tanaman sakit sehingga dapat mengurangi kemungkinan infeksi
2.      Mensterilkan alat, mesin dan tangan
3.      Penggunaan varietas tahan
4.      Penggunaan insektisida
Gejala penyakit betok pada tembakau
Gejala awal berupa terjadinya vein clearing pada daun yang diikuti timbulnya bercak-bercak warna putih, bentuknya memanjang, dan kadang-kadang agak bengkok. Bercak-bercak yang menyebar menyebabkan daun terlihat penuh dengan goresan. Gejala ini mulai tampak 14-18 hari setelah inokulasi atau pada saat tanaman menjelang berbunga.
Klasifikasi
Group              : Kelompok IV ( (+) ssRNA )
Keluarga          : Potyviridae
Genus              : Potyvirus
Spesies            : Tobacco etch virus
Struktur patogen
Partikel virus ini berbentuk batang lentur dengan panjang sekitar 740 nm. Badan inklusi virus ini berbentuk seperti cakra (pin-wheel). Virus ini tergolong dalam Potato Virus Y dan adanya intranuclear crystal yang berbentuk segi empat. Penularan virus utamanya ditularkan oleh vektor kutu daun Myzus persicae secara non-persisten dan dapat juga melalui penularan mekanis. 
Pengendalian
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan TEV ( Tembakau Etch Virus )  ini antara lain :
1.      Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang
2.      Memperbaiki drainase
3.      Penggunaan pupuk kandang yang telah masak
4.      Rotasi tanaman minimal 2 tahun
5.      Menggunakan varietas tahan
6.      Penyemprotan fungisida
Gejala penyakit bercak daun pada daun alpokat
Bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.
Klasifikasi
Raya                            : Jamur
Filum                           : Ascomycota
Kelas                           : Dothideomycetes
Subclass                      : Dothideomycetidae
Order                           : Capnodiales
Keluarga                      : Mycosphaerellaceae
Genus                          : Pseudocercospora
Spesies                        : Purpurea P.
Binomial nama            : Purpurea Pseudocercospora
Sinonim                       : Cercospora purpurea
Struktur Patogen
Konidiofor pucat berwarna kuning langsat berwarna cokelat gelap, gelap dalam massa, seragam dengan lebar dan warna, multiseptate, tidak atau jarang bercabang, sedikit geniculate, lurus untuk berombak-ombak, bekas spora kecil di ujung membulat, 3-4,5 x 20-200 pM, beberapa koleksi menampilkan konidiofor divergen hanya pendek dan yang lain hanya yang panjang, muncul terutama panjang ketika konidia gigih; konidia obclavato-berbentuk silindrik, berwarna kuning langsat pucat, panjang obconically dasar truncate, tumpul untuk subakut ujung, tak jelas 1-9 septate, langsung ke melengkung, 2-4,5 x 20-100 pM.

Pengendalian
Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.

Gejala penyakit bercak daun singkong
Gejala berupa bercak dengan ukuran besar, berwarna cokelat, dan tanpa batas yang jelas. Pada umumnya bercak akan menutupi hingga 1/5 seluruh permukaan daun. Permukaan atas bercak berwarna cokelat, tetapi pada permukaan bawah terdapat warna keabu-abuan yang berisi konidium cendawan. Pada umumnya penyakit ini terdapat pada daun tua.
Klasifikasi
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Class                : Dothideomycetes
Order               : Capnodiales
Family             : Mycosphaerellaceae
Genus              : Cercospora
Spesies            : Cercospora viscosae
Struktur patogen
Cendawan ini tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara keseluruhan. Konidiofor berwarna cokelat kemerahan tua, berukuran 50-150 x 4-6 µm, membentuk berkas yang mirip koremium. Konidium berbentuk gada terbalik silindris, berukuran 25-100 x 4-6 µm.
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan (seperti varietas Malang 2), pergiliran tanaman, pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi stek supaya bebas dari patogen), memotong bagian daun yang terserang, dan memekai Fungisida (penyemprotan Perenox 5% 2 minggu sekali).

Gejala penyakit CVPD pada daun jeruk
1. Gejala Luar
Pada tanaman muda gejala yang nampak yaitu adanya kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhan mencuat ke atas dengan daun-daun kecil dan belang-belang kuning. Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas rendah.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang daun-daunnya kuning dan kontras dengan cabang lain yang daun-daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan sebutan greening sektoral. Daun pada cabang-cabang yang terinfeksi menjorok ke atas seperti sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning di antara tulang daun. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan indikator yang sangat penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak begitu tampak.
Buah pada cabang-cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal buah biasanya muncul warna orange yang berlawanan dengan buah-buah sehat. Buah-buah yang terserang rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.
2. Gejala Dalam
Pada irisan melintang tulang tengah daun jeruk berturut-turut dari luar hingga ketengah daun akan terlihat jaringan-jaringan epidermis, kolenkim, sklerenkim dan floem. Gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah:
·Floem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun tanaman sehat.
·Pada floem tulang daun tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal yang merupakan jalur-jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang berdesak-desakan.
·Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir- butir halus zat pati.
Klasifikasi
Nama umum    : citrus huanglungbin (greening) disease
Kingdom         : Proteobacteria
Kelas               : Rhodospirilli
Ordo                : Rhizobiales
Famili              : Rhizobiaceae
Struktur patogen
Penyakit CVPD ditularkan oleh kutu loncat Diaphorina citri Kuw. dan bibit yang telah terinfeksi penyakit ini. Tipe hubungan patogen CVPD di dalam tubuh vektornya bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif, artinya jika vektor CVPD telah mengandung patogen L. asiaticum, maka jika kondisinya ideal selama hidupnya akan bersifat viruliferous, tetapi tidak diturunkan kepada anaknya. Serangga penular  ini menyerang kuncup daun dan tunas-tunas muda, dan mengakibatkan tunas menjadi keriting dan pertumbuhannya terhambat. Pada tingkat serangan lebih lanjut, ­bagian tunas yang terserang secara bertahap menjadi kering dan kemudian mati. Serangga penular CVPD ini menjadi lebih aktif pada suhu tinggi (dataran rendah) dibanding pada suhu rendah (dataran tinggi). Tanaman inang kutu loncat ini adalah kemuning (Muraya peniculata) dan dari famili Rutaceae.
Kutu loncat ini juga menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral, diletakkan di atas permukaan daun atau pucuk tunas. Diaphorina citri mempunyai 3 stadia hidup, yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya berlangsung selama 16 - 18 hari pada suhu panas atau ± 45 hari pada suhu dingin. Serangga penular ini mampu bertelur sebanyak 500 - 800 butir selama masa hidupnya yang biasanya diletakkan secara tunggal atau kelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda sehingga pola pertunasan merupakan faktor penting dalam perkembangbiakannya.
Pengendalian
1.      Pengendalian pengaturan karantina, dengan cara melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya, dan melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah lain.
2.      Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah/lahan bebas sumber inokulum), pengaturan jarak tanam, bibit sehat/tidak menanam bibit sakit, dan pengamatan terhadap gejala tanaman terserang.
3.      Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar tanaman sakit serta memusnahkannya.
4.      Pengendalian biologi, dengan cara memanfaatkan parasit, predator, dan patogen untuk mengendalikan vektornya, yaitu : Parasit nimfa antara lain Tamanxia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis dengan tingkat parasitisme berturut-turut 90% dan 60 - 80% Predator seperti Curinus coeruleus, Coccinella repanda, Syrpidae dan Chrysophydae. Entomopatogen antara lain adalah Metharrizium sp. dan Hirsutella sp. hingga mencapai, 30%.
5.      Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida untuk mengendali-kan vektornya bila cara-cara lain tidak efektif.


Gejala penyakit embun jelaga pada daun kopi
Cendawan menyerang tanaman ang banyak dikerumuni kutu dompolan atau kutu hijau. Daun yang terserang akan tertutup lapisan hitam seperti jelaga.
Klasifikasi
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Subphylum      : Pezizomycotina
Class                : Dothideomycetes
Subclass          : Dothideomycetidae
Order               : Capnodiales
Family             : Capnodiaceae
Genus              :Capnodium
Struktur patogen
Berbentuk seperti tabung, dalam jumlah banyak.
Pengendalian
1.      Menyemprot kutu daun dengan insektisida
2.      Menggosok embun jelaga dengan tangan, menyiramkan air ke daun yang    terserang, tetapi dengan datangnya hujan, cendawan embun jelaga akan mengelupas dengan sendirinya.







V.                KESIMPULAN


Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan yang telah dilaksanakan, antara lain :
1.      Walaupun berbeda spesiesnya patogen Cercospora tidak hanya menyerang satu tanaman saja, melainkan berbagai tanaman seperti singkong, tembakau dan alpokat.
2.      Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman.
3.      Rata-rata virus disebabkan oleh kutu-kutuan, karena kutu-kutuan mengeluarkan cairan yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman
4.      Kutu-kutuan merupakan vektor penyebab penyakit, oleh sebab itu perlu dikendalikan dengan menyemprotkan insektisida
5.      Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya




















LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar