PENANGANAN
PANEN DAN PASCAPANEN PADA BUAH TOMAT (Lycopersicon
esculentum)
(
Laporan Hasil Survey Panen dan Pascapanen)
Oleh
Kelompok 6
Wanty
pristiarini 0914013056
Iriany
Matande Makka 0914013031
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Masalah penanganan
produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius, baik dikalangan petani,
pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh
petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen
tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu
atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak
tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.
Hal tersebutlah yang
menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura yang telah
dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat di panen mencapai jumlah
yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan
kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut
maka sangatlah perlu diketahui terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab
kerusakan pada produk hortikultura tersebut, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya.
Kerusakan yang
mempengaruhi produk pascapanen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kebutuhan pasar dan pembeli, penanaman yang baik, pemanenan dan penanganan
selama di lapang, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan, penanganan
pemasaran, perlakuan terhadap produk pascapanen, penyimapanan atau pendinginan,
pengetahuan tentang mudah rusaknya
produk
pascapanen,
penanggulangan hama dan penyakit, serta penjualan ke konsumen, pengepul, atau
agen.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya survey ini, antara lain :
1.
Agar mahasiswa mengetahui tentang teknik
penanganan panen dan pascapanen pada buah tomat
2.
Agar mahasiswa mengetahui tentang
penyakit pascapanen pada buah tomat
3.
Agar mahasiswa mengetahui tentang pemasaran
produk pascapanen pada buah tomat
II.
TINJAUAN
PUTAKA
Tomat (Lycopersicon
esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut
tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar
luas di seluruh dunia, dan dibeberapa negara tropik menjadi berkembang secara
alami (Harjadi, 1989).
Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya
adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3,1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang
berdiameter 2 – 2,5 cm,
Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan
bobot 11-15 g, Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan SeasonRed yang bobotnya 25
g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono,2008).
Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk
perdu atau semak. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih
dahulu. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di
persemaian.
(Nurtika dan Abidin, 1997).
Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar
150-180 cm.Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam
dalam baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8. 000-14.000
tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk
pertumbuhannyaagar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk
pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC
(Peet dan Bartholemew, 1986).
Kematangan buah tomat dari tingkat kematangan masih
muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah warna,
kekuning-kuningan, merah
jambu, merah cerah, dan merah masak sempurna. Pada
umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur ± 75 hari setelah
pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat pemetikan buah yang
tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran pemasaran. Bila tujuan
pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada waktu buah stadium
hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah. Sementara untuk tujuan
pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen sewaktu tomat berwarna
kekuning-kuningan. Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak
rusak. Panen pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen
dilakukan secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah
yang masak dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang (Marpaung, 1997).
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar
dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki
mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk menghindarkan melimpahnya
produk ke pasar, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan
produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Umur simpan
dapat diperpanjang dengan pengendalian penyakit-penyakit pasca panen,
pengaturan atmosfer, perlakuan kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai
sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk
penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar (Pantastico
et al, 1986).
Umur simpan tomat tergantung pada tingkat kematangan
pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya tomat yang hijau
masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu 13-18 ºC dan kelembaban
udara 85-90 % (Opena dan Vossen, 1994).
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam
penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat pengumpulan. Setelah
melewati proses penanganan bahan ditransportasikan. Di daerah tropika terjadi
kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam urutan distribusi yang
disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan-kelambatan
yang tidak dapat dihindarkan, pemuatan dan pembongkaran secara tidak hati-hati,
penggunaan wadah-wadah untuk pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi
pengangkutan yang kurang memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi
yang mudah rusak menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak
disiplin ilmu, seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan,
pendinginan,pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan
(Chace dan Pantastico, 1986).
Aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk mendistribusikan
hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Manajemen yang baik
diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha mendapatkan keuntungan yang
diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil
produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan
pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen
kepada semua pihak yang ikutserta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga (Rahardi
et al., 2001).
Penentuan harga jual hendaknya bertumpu pada harga
pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang menguntungkan menurut mutu
kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan sortasi. Sistem pemasaran dengan
mata rantai yang panjang menyebabkan harga di tingkat petani menjadi rendah dan
harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.Terbentuknya margin pemasaran yang
tinggi ini tidak menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan
lembaga tata niaga yang terlibat dalam pemasaran hasil-hasil pertanian perlu
diketahui dan dipelajari oleh para petani produsen sebagai bahan untuk menyusun
program atau strategi pemasaran yang efektif dan efisien (Cahyono, 2008).
Kendala yang dihadapi oleh pemasok pasar swalayan
yang berkaitan dengan kegiatan pascapanen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara
lain adalah adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak
dapat ditampung pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar
swalayan yang kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan
akibat tidak memenuhi standar (Winata, 2006).
Semakin panjang jalur pemasaran maka semakin besar
kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pascapanen yang baik dapat
menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu kegiatan pasca panen yang
tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran. Pentingnya aspek ekonomi program-program
untuk mengurangi kerugian-kerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas
maupun kuantitas, sering masih terlewati karena biaya untuk mengurangi
kehilangan hasil sampai pada tingkat tertentu dapat melebihi nilai produk yang
dapat diselamatkan. Apapun yang dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran,
terjadinya kehilangan hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak
dapat dihindarkan. Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi
dapat dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).
Hasil tanaman hortikultura umumnya mudah rusak
(perishable), sehingga kehilangan hasil setelah panen akan sangat tinggi jika
produk tersebut tidak segera diolah menjadi bahan yang lebih tahan simpan.
Kehilangan hasil pada tahap pascapanen ini umumnya lebih besar di negara-negara
berkembang dibandingkan dinegara maju. Besarnya porsi kehilangan hasil pasca
panen di Indonesia disebabkan antara lain karena:
1. Sistem
transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi lebih lama.
2. Kurang
tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang layak.
3. Kurangnya
pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi pertanian
4. Kurang
tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian
5. Rendahnya
rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau tidak sepadan antara tenaga dan ongkos yang
dikeluarkan dalam proses pengolahan
produk pertanian dengan nilai tambah ekonomi yang didapatkan dari produk olahan tersebut.(Lakitan, 1995).
III.
METODE
KEGIATAN
A. Lokasi survey
Alamat : Jalan Cempaka 1 Way
Kandis Rt 01/rw 01
Kecamatan : Tanjung Seneng
Kabupaten : Lampung
B. Responded
Nama
lengkap : Sugiyo
Umur : 50 tahun
Mulai
bekerja : 1975- sekarang
Asal : Yogyakarta
C. Waktu kegiatan
Hari/
tanggal : Jumat, 27 April 2012
Pukul : 08.00-11.00 WIB
D. Parameter yang diamati
Berikut
ini adalah beberapa parameter yang diamati, antara lain kepemilikan lahan, umur
tanaman dan keadaan tanaman, teknik budidaya yang mencakup penyemaian, penanaman,
pemeliharaan (penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian gulma), teknik panen hingga pasca panen.
IV.
HASIL
SURVEY DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
survey
1.
Kepemilikan
lahan
Pada kegiatan survey kali ini, kami akan membahas
tentang komoditi tomat cherry atau yang biasa disebut dengan rampai. Kami berkesempatan untuk mewawancarai salah
satu petani yang berada di sekitar lahan tersebut.
Pemilik lahan yang berhasil kami wawancarai adalah
Bapak Sugiyo, dimana beliau merupakan orang yang merantau dan berasal dari
Yogyakarta. Beliau sudah memulai kegiatan bertani ini sejak tahun 1975 sampai
sekarang. Umur beliau saat ini sudah mencapai 50 tahun.
Luas lahan yang dimiliki Bapak Sugiyo ini sekitar 1
rantai ½, dimana 1 rantai memiliki luas lahan sekitar 400 m2 ,
sehingga apabila ditotal keseluruhan, maka luas lahan Bapak Sugito tersebut
adalah sekitar 600 m2. Lahan yang dimiliki Bapak Sugiyo ini merupakan lahan yang Beliau
sewa selama setahun sekitar Rp 175 rb/tahun.
2.
Umur
tanaman dan keadaan tanaman
Pada kegiatan survey ini, umur tanaman tomat sekitar
10 hari, dan apabila dilihat dari tinggi tanamannya, maka dapat dilihat bahwa
tinggi tanaman tomat tersebut tidak serempak. Hal ini disebabkan tidak
serempaknya penanaman yang
dilakukan, dan tidak meratanya pemupukan yang
diberikan, sehingga menyebabkan tinggi tanaman tidak serempak.
Keadaan tanaman tomat pada saat melakukan kegiatan
survey, terlihat bahwa tanaman tersebut dalam keadaan sehat.
3.
Teknik
Budidaya
3.1
Penyemaian
Untuk dapat membudidayakan tomat, maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyemai bibit tomat yang berasal dari
tomat cherry itu sendiri.
Bibit yang baik menurut Bapak Sugiyo adalah bibit
yang berbentuk bulat.
Penyemaian dilakukan selama 15 hari. Dimana lahan
penyemaian dengan lahan pembudidayaan tanaman tomat dibedakan lahannya.
Tomat cherry sebaiknya ditanam pada musim kemarau,
hal ini dikarenakan apabila ditanam pada musim hujan, dikahawatirkan batang
tanaman tomat akan terserang penyakit yaitu dengan menimbulkan bercak berwarna
cokelat pada batang tanaman tomat.
3.2
Penanaman
Tomat cherry ini ditanam pada lahan dengan jarak
tanam sekitar 25 x 20 cm, dimana jarak antar bedengan sekitar 30 cm.
3.3
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan antara lain adalah :
Penyiraman
Penyiraman dilakukan
setiap hari dengan menggunakan gembor, dan baiknya dilakukan pada sore hari.
Dimana dalam 1 bedengan dapat menghabiskan sekitar 4 gembor.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 1-2
kali yaitu pada awal tanam dan pada saat setelah tanam. Pupuk yang digunakan
adalah pupuk TSP dan pupuk kompos, yaitu sekitar 20 kg. Pada awal sebelum
tanam, pupuk diberikan pada lubang yang sebelumnya telah digali.
Pengendalian
hama dan penyakit
Dalam mengendalikan
hama dan penyakit, Bapak Sugiyo menggunakan Curacron untuk mengendalikan ulat
dan Pasta untuk mengendalikan semut merah.
Pengendalian
gulma
Pengendalian gulma
dilakukan secara manual, hal ini dikarenakan apabila menggunakan herbisida,
maka tanaman tomat yang sudah siap ditanam tidak bisa langsung ditanam. Lama waktu untuk menunggu hilangnya pengaruh
dari herbisida tersebut sekitar 10 hari sampai ½ bulan.
4.
Teknik
panen
Setelah mengetahui
teknik budidaya, maka kita juga perlu mengetahui tentang teknik panen nya.
Buah tomat yang sudah
dapat dipanen, memiliki kriteria tersendiri, yaitu kulit buah berubah dari
warna hijau menjadi kekuning-kuningan. Teknik panen buah tomat tidak sulit,
yaitu cukup dengan menggunakan tangan dengan cara memuntir buah tomat hingga
buah terlepas dari batangnya. Menurut Bapak Sugiyo, buah tomat yang sudah dapat
dipanen setelah memasuki hari ke 35-40 hari. Dalam memanen buah tomat dilakukan
selang 3 hari. Buah yang sudah di panen di letakkan pada keranjang.
5.
Penanganan
pascapanen
Buah tomat yang telah
di panen sebaiknya segera dijual, hal ini untuk menghindari terjadinya
kehilangan hasil panen. Bapak Sugiyo memasarkan hasil nya ke pasar Kandis
sebanyak 1 kuintal, dengan harga 4rb/kg nya. Buah tomat yang telah dipasarkan
mampu bertahan sekitar 3-4 hari.
Namun setelah kami
melakukan survey ke pasar yang terletak dibawah Ramayana dan pasar Bambu Kuning,
para pedagang mendapat pasokan dari Pasar Gintung, mereka hanya dapat memesan
buah tomat maksimal 10 kg dengan harga Rp 55.000/kg. Menurut mereka buah tomat
hanya dapat bertahan sekitar 2 hari saja, dan ketika kami melakukan wawancara,
mereka tidak menggunakan penanganan khusus untuk mempertahankan ketahanan buah.
Mereka hanya mengatakan bahwa penanganan tersebut tidak lah penting, karena
bagi mereka suatu kerusakan sudah menjadi resiko menjadi seorang pedagang.
Pada umumnya buah yang
sudah dipasarkan akan bermasalah pada cara penyimpanannya, salah satunya adalah
cara pengatasan penyakit-penyakit pasca panen. Penyakit pascapanen yang paling
sering dijumpai adalah penyakit busuk buah. Kebusukan ini terjadi karena
diakibatkan infeksi jamur Phytophthora
infestans .
Infeksi jamur terhadap
produk dapat terjadi pada saat buah tersebut tumbuh dilapangan, namun jamur
tersebut tidak tumbuh dan berkembang, hanya berada di dalam jaringan saja. Bila
kondisinya memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami
penanganan dan penyimpanan lebih lanjut, maka jamur tersebut segera dapat
tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
kegiatan survey yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,
antara lain :
1.
Tidak semua petani memasarkan hasil
panennya melalui pengepul, namun petani dapat juga langsung menjual hasil
panennya sendiri ke pasar atau ke tetangga nya.
2.
Buah tomat yang sudah dapat dipanen
memiliki ciri-ciri, yaitu berubahnya warna dari warna hijau menjadi warna
kekuning-kuningan
3.
Untuk memperpanjang masa simpan buah
tomat, buah tomat dipanen setengah matang
4.
Penyakit yang sering muncul pada musim
hujan adalah busuk batang, sedangkan hama yang sering muncul pada pertanaman
tomat adalah ulat
5.
Penyakit pascapnen yang sering muncul
pada buah tomat adalah busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans
6.
Setelah melakukan survey ke salah satu
pedagang di pasar, merka tidak terlalu memperhatikan teknik untuk memperpanjang
masa simpan.
7.
Pedagang di pasar hanya boleh memesan
pada pengepul maksimal 10 kg.
8.
Bagi para pedagang di pasar, kehilangan
hasil tomat yang sudah dipanen tidak menjadi beban bagi mereka, karena hasil
yang tidak habis dijual, dapat mereka konsumsi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono Bambang. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen (Edisi revisi). Yogyakarta: Kanisisus
Chace, W., dan Er.B. Pantastico. 1986. Azas-azas Pengangkutan dan Operasi Pengangkutan Komersial,
hal.713-749. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.).Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran
dan Pemanfaatan Buah- buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan
Subtropika (Penerjemah :Kamariyani).
Gajah Mada University Press
Harjadi, S. S., H. Sunaryono. 1989. Budidaya Tomat.Hal: 1-25. Dalam:
Harjadi, S. S. (Ed.) Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan
Budidaya Pertanian. FakultasPertanian
IPB. Bogor
Lakitan B. 1995. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan penanganan buah tomat, hal. 118-127. DalamA.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda,
A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman,R.S.
Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi
Produksi Tomat.Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung
Nurtika, N. dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat. hlm.62-80. Dalam
Teknologi
Produksi Tomat. Balai PenelitianTanaman Sayuran, Lembang
Opena, R.T and H.A.M van der Vossen.
1994. Lycopersicon esculentum Miller,
p199-205. In Siemonsma, J.S. and K.
Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA.
Bogor. 412 p
Peet, M.M., dan M. Bartholemew. 1986. Effect of night temperature on pollencharacteristic, growth, and fruit
set in tomato. J.Amer. Soc. Hort. Sci.12(3):514-519
Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi SelainKerusakan Akibat Pendinginan
Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam
Er.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca
Panen : Penanganan Sayuran dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University
Press
Rahardi, F., R. Palungkun, dan A.
Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur.Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal
Rubatzky, V. E., M. Yamaguchi.1999. Sayuran dunia :Prinsip, produksi dan gizi, jilid 3. Penerbit ITB.Bandung. 320 hal.
Spinks, G.R. dan J.C. Abbot. 1986. Praktek-praktek Pemasaran dan Penanganan di Daerah Tropika Bagian 1
(Asia Tenggara : Suatu Analisis Praktek-praktek
Pemasaran Umum), hal.830-849. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.).Fisiologi
Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika
(Penerjemah :Kamariyani). Gajah Mada University Press
Winata, S.A. 2006. Penanganan Pasca Panen Komoditi Brokoli (Brassicaoleracea var.
Botrytis L. Subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun(Lactuca
sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan)
LAMPIRAN
KONDISI LAHAN
KONDISI TANAMAN TOMAT
KEGIATAN WAWANCARA
KEGIATAN PEMELIHARAA
SUMBER AIR YANG DIGUNAKAN UNTUK
PENYIRAMAN
TANAMAN YANG DIGUNAKAN DALAM
PERGILIRAN TANAMAN
KEGIATAN PEMASARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar