LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
(
Produksi Tanaman Perkebunan)
Disusun
Oleh
kelompok 6 A
Bagja Rudhia Ulil Albab 0914013012
Intan Purnama Nursadi 0914013030
Rismayanti 0914013047
Topan Ramadhan Igunsyah 0914013054
Wanty Pristiarini 0914013056
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2011
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan akhir
mata kuliah Produksi Tanaman Perkebunan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
membahas tentang pertumbuhan gamal, kakao, dan LCC.
Dalam
penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Ir. Indarto, M.S, Ibu Prof.Dr.Ir. Maria Viva Rini, M.Sc, dan Ibu Ir. Herawati
Hamim, M.S sebagai dosen pembimbing mata kuliah Produksi Tanaman Perkebunan
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata, semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Bandar lampung,
30 Desember 2011
Penyusun
PENGARUH
PEMBERIAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK GAMAL
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Gamal
merupakan jenis pohon pelindung yang sering digunakan dalam perkebunan teh,
kakao, dan kopi. Dan digunakan sebagai pohon perambat untuk tanaman vanili dan
lada. Selain itu gamal juga digunakan masyarakat sebagai pakan ternak. Pohon gamal secara sengaja ditanam untuk
mendukung sistem perkebunan, karena sangat bermanfaat dalam produksi tanaman
perkebunan dan berperan dalam konservasi tanah.
Pohon
gamal ini dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan pohon johar dan memiliki
nama ilmiah Gliricidae sepium. Pohon ini tumbuh pada ketinggian 0-1400 meter
dari permukaan laut. Pertumbuhan pohon ini sangat cepat bahkan apabila ditanam
pada tanah dengan kondisi yang kritis.
Gamal
ditanam dengan dengan menggunakan setek. Setek yang baik adalah setek yang
memiliki panjang 1 meter dan memiliki cabang. Setek pohon ini berwarna kecoklatan
dengan diameter 5 cm.
Sebagai
pohon pelindung atau panjatan, pohon gamal ini memiliki keunggulan seperti
cepat dalam pertumbuhan, mudah beradaptasi pada lahan kritis, dan tahan bila
dipangkas.
Pohon
gamal yang tidak dipangkas akan menumbuhkan daun yang sangat rimbun sekali,
oleh sebab itu pohon gamal harus sering dilakukan pemangkasan.
Apabila
tidak dilakukan pemangkasan pohon gamal, maka pada musim kemarau pohon tersebut
akan merontokkan daunnya.
Pohon
gamal ini sangat banyak kegunaannya bagi tanaman perkebunan antara lain dapat
melindungi tanaman poko dari terik sinar matahari, sebagai tempat tumbuh
tanaman merambat, menyuburkan tanah, mengatur iklim mikro, menekan pertumbuhan
gulma, dan pada bagian akarnya dapat digunakan sebagai jarring penyelamat
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini, antara lain :
1. Agar
mahasiswa mengetahui kegunaan dari pohon gamal
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui kriteria setek gamal yang dapat dijadikan sebagai
bibit
3. Agar
mahasiswa mengetahui teknik persemaian pohon gamal dengan menggunakan setek
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gamal
dalam taksonomi tumbuhan termasuk famili Fabaceae(Papilionoideae) yaitu salah
satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus.
Gamal adalah pribumi di kawasan Pantai Pasifik Amerika Tengah yang bermusim
kering. Gamal diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900 untuk
digunakan sebagai tanaman pelindung pada areal perkebunan di daerah Medan. Ciri
umum Gamal adalah daun menyirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak
lebar, dan bunganya cukup indah berwarna ungu keputihan. Tanaman Gamal tumbuh
baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut dan dapat
tumbuh mencapai ketinggian 10 meter (Martoatmodjo, R.S. 1976 )
Tanpa
persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman vanili akan sulit diharapkan
keberhasilannya. Untuk tanaman perambat vanili, dapat digunakan tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis seperti pohon gamal. Penggunaan penaung sekaligus
perambat tersebut perlu disusun dalam tatatanam yang tepat, sehingga dapat
memberikan produksi yang optimal dan memberi manfaat konservasi lahan.
Persiapan
lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus dilakukan dengan perencanaan yang
tepat, sehingga pada saat tanam, bibit vanili siap tanam, dan tanaman penaung
sekaligus perambat di lapangan siap berfungsi sebagai penaung dan perambat.
Selanjutnya dengan teknik budidaya yang benar akan dapat diperoleh tanaman
vanili dengan pertumbuhan baik dan produksi yang tinggi. (Ditjen
Perkebunan.2000)
Taksonomi
dan tatanama
Famili:
Fabaceae (Papilionoideae)
Sinonim:
Gliricidia lambii Fernald, G. maculata var. multijuga Micheli, Lonchocarpus
roseus (Miller) DC., L. sepium (Jacq.) DC., Millettia luzonensis A. Gray,
Robinia rosea Miller, R. sepium Jacq., R. variegata Schltdl. (Amara, D.S. and
A. Y. Kamara, 1998).
Jenis
kerabat : Dua jenis lain dari genus ini adalah G. brennigii dan G. maculata.
Hanya G. sepium yang tumbuh di luar sebaran alaminya di Amerika tropika. G.
sepium dibedakan dengan dua jenis lainnya dari susunan bunga yang tegak, bunga
merah muda, dan ujung helai daun meruncing.
Penyebaran
alami tidak jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi bukti kuat
menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering gugur daun di
dataran rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman Amerika Tengah dan
Meksiko. Tanaman ini diintroduksi berabad-abad ke luar Amerika tropika dan
sekarang menyebar diseluruh daerah tropika. Sebagai tanaman eksotik, introduksi
menggunakan basis genetik sempit dan ras lahan lokal hasil kawin kerabat (Hanum,
I.F. and L.J.G. van der Maesen, 1997)
Gliricidia
merupakan jenis multiguna. Pada daerah tropika, digunakan sebagai pagar hidup.
Kemampuannya bertunas setelah dipangkas cocok untuk pakan ternak, kayu bakar
dan tiang. Pada kondisi di bawah optimal, produksi biomas mencapai 12 ton berat
kering per hektar per tahun (Stewart, J.L., G.E. Allison and A. J. Simons, 1996).
Merupakan
jenis pengikat nitrogen, daunnya dapat
digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau sehingga cocok untuk agroforestry. Nama
“ibu kokoa” muncul karena sering digunakan sebagai peneduh coklat, kopi dan
teh.
Batang
tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak,
diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal
tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang
yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai
daun. Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang
bulat. Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan,
jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak.Mudah dibiakkan
vegetatif dengan stek. Stek besar atau kecil dapat digunakan asalkan berasal
dari cabang yang lurus dan sehat, bukan cabang samping. Pohon yang dibiakkan
dengan cara stek mempunyai sistem perakaran yang dangkal, bercabang rendah serta
kurang tahan angin kencang ((Iji, P.A., G. Tarawali and M. Baba. 1993).
III.
BAHAN
DAN METODE
A.
Tempat
dan waktu praktikum
Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya praktikum
ini, antara lain :
Tempat :
Laboratorium agronomi dan lapangan terpadu UNILA
Hari/ tanggal :
Kamis, 3 November 2011 s/d 15 Desember 2011
Pukul :
08.00 WIB s/d 10.00 WIB
B.
Bahan
dan alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum
ini, antara lain :
- 4 batang gamal yang sudah
disediakan
- Polybag yang sudah diisi tanah
(top soil)
- Golok
- Air
- Ember
- Alat tulis
- Timbangan
elektrik
- Pupuk NPK
mutiara
C.
Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum ini,
antara lain :
- Disiapkan 2 batang gamal yang sudah
disediakan
- Memotong
masing-masing gamal menjadi 2 bagian yang sama.
- Disiapkan media tanah yang
dimasukan kedalam 4 polybag.
- Pada polybag yang sudah
disiapkan dibuat lubang tanam kira-kira 5-7cm yang sebelumnya sudah
disiram air.
- Dimasukan masing-masing batang
gamal kedalam 4 polybag yang
telah siap tanam.
.
- Diberi perlakuan pupuk pada
masing-masing gamal yaitu 0 g, 0,25 g, 0,50 g, 0,75 g.
- Pemberian
pupuk dilakukan secara bertahap sebanayak 2 kali pemberian.
- Mengamati
perkembangan stek batang tersebut.
D.
Peubah yang diamati
Adapun
peubah yang diamati dalam praktikum ini, antara lain :
1.
Panjang
tunas
2.
Jumlah
tunas
3.
Jumlah
daun
4.
Jumlah
helai daun
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil pengamatan
Tabel 1.
Panjang tunas per setek gamal yang diberi perlakuan pupuk NPK 0, 5,
10, dan 15 g/ polybag pada 3, 5, 7, dan 9
minggu setelah tanam.
Perlakuan
|
Panjang
tunas per setek gamal
|
|||
3
MST
|
5
MST
|
7
MST
|
9
MST
|
|
0 g NPK
|
10,3
|
18,7
|
27.1
|
43.2
|
5 g NPK
|
8,3
|
23,2
|
39.5
|
52.9
|
10 g NPK
|
8,6
|
22,8
|
31.4
|
57.1
|
15 g NPK
|
7,0
|
22,6
|
33.9
|
52.2
|
Gambar
1. Pengaruh dosis pupuk NPK pada panjang tunas per setek gamal pada
3,
5, 7, dan 9 minggu setelah tanam.
Tabel 2. Jumlah tunas per setek gamal yang
diberi perlakuan NPK 0, 5, 10, dan
15 g/
polybag pada 3, 5, 7, dan 9 minggu setelah tanam.
Perlakuan
|
Jumlah
tunas per setek gamal
|
|||
3
MST
|
5
MST
|
7
MST
|
9
MST
|
|
0 g NPK
|
2.2
|
2.5
|
2.7
|
3.3
|
5 g NPK
|
2.3
|
2.8
|
3.6
|
6.8
|
10 g NPK
|
3.5
|
4.2
|
4.5
|
6.0
|
15 g NPK
|
2.6
|
3.3
|
4.2
|
6.0
|
Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk NPK pada jumlah
tunas per setek gamal pada
3, 5, 7,dan 9 minggu setelah tanam.
Tabel 3. Jumlah daun per setek gamal yang
diberi perlakuan NPK 0, 5, 10, dan
15 g/
polybag pada 3, 5, 7, dan 9 minggu setelah tanam.
Perlakuan
|
Jumlah
daun per setek gamal
|
|||
3
MST
|
5
MST
|
7
MST
|
9
MST
|
|
0 g NPK
|
5.0
|
6.5
|
7.8
|
10.5
|
5 g NPK
|
4.3
|
5.0
|
8.6
|
11.3
|
10 g NPK
|
6.0
|
6.2
|
8.5
|
10.5
|
15 g NPK
|
4.3
|
5.8
|
8.2
|
12.6
|
Gambar 3. Pengaruh dosis pupuk NPK pada jumlah
daun per setek gamal pada
3, 5, 7, dan 9 minggu setelah tanam.
Tabel 4. Jumlah helai daun per setek gamal yang diberi perlakuan NPK 0,
5, 10,
dan 15 g/ polybag pada 3, 5, 7, dan 9 minggu
setelah tanam.
Perlakuan
|
Jumlah
helai daun per setek gamal
|
|||
3
MST
|
5
MST
|
7
MST
|
9
MST
|
|
0 g NPK
|
4.4
|
7.2
|
7.9
|
9.7
|
5 g NPK
|
4.2
|
6.9
|
8.5
|
9.4
|
10 g NPK
|
4.5
|
7.8
|
9.5
|
11.3
|
15 g NPK
|
3.8
|
7.4
|
8.3
|
9.7
|
Gambar 4. Pengaruh dosis pupuk NPK pada jumlah
helai daun per setek gamal
pada 3, 5, 7, dan 9 minggu setelah tanam.
B.
Pembahasan
Pada praktikum ini, jenis pohon pelindung yang
di tanam adalah gamal. Gamal ini di tanam dengan menggunakan stek. Setiap
kelompok mendapatkan 4 polibag, yang ,masing-masing akan diisi dengan 4 stek
gamal, namun pada praktikum ini, gamal yang digunakan cukup 2 batang saja, yang
masing-masing batang dipotong menjadi 2 bagian. Panjang stek gamal adalah 25 cm
dipotong dengan gergaji agar batang tidak pecah. Kemudian stek gamal tersebut
dimasukkan ke dalam polybag yang sudah berisi media untuk disemaikan, dan yang
berada di atas permukaan media sekitar 15 cm. Setelah stek gamal ditanam,
sebaiknya gamal diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari, dan
dilakukan penyiraman pagi dan sore hari. Penanaman dilakukan pada tanggal 22
September 2011.
Manfaat dari persemaian ini adalah, bahan yang
digunakan lebih hemat karena bisa menggunakan stek yang pendek, sedangkan di
lapangan harus menggunakan stek yang panjang supaya tidak mudah mengering/
dehidrasi. Selain itu dengan persemaian, bisa dipastikan bahwa bibit yang
ditanam adalah bibit yang hidup.
Setelah dilakukan penanaman, maka kegiatan
selanjutnya adalah pengamatan, dengan variable yang diamati adalah jumlah
tunas, panjang tunas, jumlah daun, dan jumlah helai daun.
Pada tabel 1, maka dapat dilihat, stek gamal
pada minggu ke-3 yang tidak diberi pupuk NPK, jauh menunjukkan pertambahan
panjang yang lebih baik dibandingkan dengan stek gamal yang diberi pupuk NPK.
Pada minggu ke-5, stek gamal yang diberi pupuk
NPK, jauh menunjukkan pertambahan panjang yang baik dibandingkan dengan stek
gamal yang tidak diberi pupuk NPK.
Pada minggu ke-7, stek gamal yang diberi pupuk
NPK 5 gram, menunjukkan pertambahan panjang tunas gamal yang lebih baik,
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pada minggu ke-9, stek gamal yang diberi pupuk
NPK 10 gram, menunjukkan pertambahan panjang tunas gamal yang lebih baik,
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pada tabel 2, maka dapat dilihat, stek gamal
yang diberi pupuk NPK 10 gram, pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5
berturut-turut menghasilkan jumlah tunas tebanyak, dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Namun, pada minggu ke-9 jumlah tunas yang dihasilkan pada
stek gamal yang diberi pupuk NPK 5 gram jauh lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, dan jumlah tunas pada stek gamal yang diberi pupuk NPK
10 dan 15 gram menghasilkan jumlah tunas
yang sama.
Pada tabel 3, Jumlah daun yang dihasilkan pada
stek gamal yang diberi pupuk NPK 15 gram pada minggu ke-3 sampai minggu ke-9
menghasilkan daun dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Grafik juga menunjukkan, bahwa terdapat pertumbuhan yang tidak tetap
dari minggu ke-3 sampai minggu ke-9. Terkadang meningkat, dan terkadang pula
grafik menunjukkan penurunan.
Tabel 4, jumlah helai daun yang dihasilkan
pada stek gamal pada minggu ke-3 sampai minggu ke-9 yang diberikan pupuk NPK 15
gram menunjukan jumlah yang paling dominan, dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain :
1.
Gamal merupakan jenis pohon pelindung
yang sering digunakan dalam perkebunan teh, kakao, dan kopi. Dan digunakan
sebagai pohon perambat untuk tanaman vanili dan lada
2.
Semakin banyak pupuk NPK yang diberikan
pada stek gamal, tidak berarti akan menghasilkan pertumbuhan yang baik.
3.
Stek gamal yang tidak diberi pupuk NPK,
menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik.
4.
Pupuk NPK dengan dosis 15 gram baik
untuk pertumbuhan jumlah daun dan jumlah helai daun
5.
Dengan persemaian, stek gamal yang
digunakan lebih hemat karena ukuran stek nya bisa digunakan yang pendek.
Sedangkan di lapangan, stek yang digunakan harus panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Amara, D.S. and
A. Y. Kamara. 1998. Growth and Yield of
Gliricidia sepium
(Jacq.) Walp. Provenances on an acid sandy clay loam
soil in Sierra Leone. International Tree Crops Journal, vol 9, 169-178.
Direktorat
Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik
Perkebunan Panili Indonesia.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 30
hlm
Hanum, I.F. and
L.J.G. van der Maesen. 1997. Auxiliary
Plants. Plant Resources
of South-East Asia, No 11. Backhuys
Publishers, Leiden
Iji, P.A., G.
Tarawali and M. Baba. 1993. The influence
of stage of development
and sowing depth on seed quality and seedling
emergence of Gliricidia sepium. Seed Sci. & Technol., 21, 197-202.
Martoatmodjo,R.S.,H.
Ismail, Soemartono. 1976. Gamal Pohon
Serba Guna .
Balai Pustaka. Jakarta. pp. 25-27.
Stewart, J.L.,
G.E. Allison and A. J. Simons (eds). 1996. Gliricidia
sepium.
Genetic resources for farmers. Oxford
Forestry Institude.
LAMPIRAN
Stek
gamal pada minggu ke-3
A.
0
gram C.
5 gram
B.
10
gram D.
15 gram
Stek
gamal pada minggu ke-5
C.
0
gram C. 5
gram
D.
10
gram D.
15 gram
Stek
gamal pada minggu ke-7
A.
0
gram D.
5 gram
B.
10
gram D.
15 gram
Stek
gamal pada minggu ke-9
A.
0
gram ( Hilang) C.
5 gram
B.
10
gram D. 15 gram
Tabulasi
data gamal
Tabel
1. Panjang tunas per setek gamal
Perlakuan
|
Panjang Tunas per
SetekGamal
|
|||
|
3 MST
|
5 MST
|
7 MST
|
9 MST
|
·····························
cm ·····························
|
||||
0 g NPK
|
10.3
|
18.7
|
27.1
|
43.2
|
5 g NPK
|
8.3
|
23.2
|
39.5
|
52.9
|
10 g NPK
|
8.6
|
22.8
|
31.4
|
57.1
|
15 g NPK
|
7.0
|
22.6
|
33.9
|
52.2
|
Tabel
2. Jumlah tunas per setek gamal
Tabel
3. Jumlah daun per setek gamal
Perlakuan
|
Panjang Tunas per SetekGamal
|
||||||
|
3 MST
|
5 MST
|
7 MST
|
9 MST
|
|||
····························· helai
·····························
|
|||||||
0 g NPK
|
5
|
6.5
|
6.5
|
10.5
|
|||
5 g NPK
|
4.3
|
5.0
|
6.6
|
11.3
|
|||
10 g NPK
|
6.0
|
6.2
|
6.5
|
10.5
|
|||
15 g NPK
|
4.3
|
5.8
|
8.2
|
12.6
|
|||
Perlakuan
|
Panjang Tunas per SetekGamal
|
|
|
|
|||
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
7 MST
|
8 MST
|
9 MST
|
|
helai
|
|||||||
0 g NPK
|
5.0
|
5.2
|
6.5
|
7.2
|
7.8
|
8.0
|
10.5
|
5 g NPK
|
4.3
|
4.3
|
5.0
|
7.8
|
8.6
|
9.0
|
11.3
|
10 g NPK
|
6.0
|
5.3
|
6.2
|
7.5
|
8.5
|
8.6
|
10.5
|
15 g NPK
|
4.3
|
5.3
|
5.8
|
6.5
|
8.2
|
10.4
|
12.6
|
Tabel
4. Jumlah helai daun per stek gamal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar