Rabu, 10 Oktober 2012

laporan 2 panen dan pasca panen


I.                   PENYOKLATAN ENZIMATIK BUAH APEL MALANG (ENZIMATIC BROWNING)



A.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui atau melihat proses enzimatic browning pada apel malang.

B.  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum ini yaitu pisau, jam (stopwatch), dan gelas ukur. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu air, tisu, wadah (sterofoam), toples, apel malang, asam sitrat, asam asetat dan jaring-jaring.

C.  Cara Kerja

Langkah-langkah kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.    Semua alat dan bahan disiapkan.
2.    Dibuat larutan 0,1% asam asetat.
3.    Apel dibelah menjadi delapan bagian dan hanya enam yang digunakan.
4.    Potongan-potongan apel dimasukkan ke dalam jaring-jaring kemudian dicelupkan ke dalam larutan asam asetat selama 30 detik.
5.    Setelah 30 detik, potongan apel diambil dan diletakkan di atas tisu.
6.    Diamati buah apel (browning) dan dicatat nilai skornya.





D.  Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan untuk setiap kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Penyoklatan Buah Apel
Tingkat Penyoklatan
Waktu (menit)
Kontrol
0,1 % Asam Askorbat
0,1 % Asam sitrat
0,1 % Asam Asetat
1 % Asam Asetat
Air
0
1
1
2
1
1
1
5
2
1
2
2
2
2
10
2,33
2
2
2
2
2
15
2,67
2
2
2
2
2
20
2,67
2
2
2
2
2
25
2,67
2
2
2
2
2
30
2,67
2
2
2
2
2
35
3,33
2
2
2
2
2
40
3,5
2
2
2
2
2
45
3,83
3
2
2
3
2
50
4
3
2
2
3
2
55
4
4
2
2
3
2
60
4
4
2
2
3
2


E.  Pembahasan
Pada praktikum penyoklatan enzimatik ini digunakan beberapa perlakuan yaitu sebagai berikut:
Kelompok 1 : Kontrol
Kelompok 2 : 0,1 % Asam Askorbat
Kelompok 3 : 0,1 % Asam Sitrat
Kelompok 4 : 0,1 % Asam Asetat
Kelompok 5 : 1 % Asam Asetat
Kelompok 6 : Air
Kelompok kami (kelompok 4) menggunakan perlakuan 0,1% asam asetat. Setiap perlakuan diberi enam ulangan dan diamati setiap lima menit selama 60 menit. Proses pembuatan larutan 0,1% asam asetat yaitu :
0,1% = 0,1      =       1 ml
           100 ml       1000 ml
Jadi, asam asetat yang digunakan yaitu 1 ml dalam 1000 ml air.

Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu semua alat dan bahan disiapkan kemudian dibuat larutan asam asetat terlebih dahulu sebelum apel dibelah. Hal ini bertujuan supaya apel tidak mengalami browning sebelum alat dan bahan siap.

Setelah apel dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam jaring-jaring selama 30 detik kemudian apel diamati setiap 5 menit selama 60 menit. Pada menit ke 0, apel belum mengalami penyoklatan dan diberi skor 1. Pada menit ke 5 sampai 60, apel sudah terdapat beberapa bercak dan diberi skor 2. Berikut adalah kriteria penilaian browning pada apel yaitu:
5 = 100% coklat gelap
4 = warna coklat muda menutupi permukaan buah
3 = coklat muda menutupi kira-kira 50% permukaan buah
2 = beberapa bercak coklat
1 = tidak ada penyoklatan

Apel bisa mengalami browning yang disebabkan oleh enzimatik dan non enzimatik. Oleh faktor genetik, apel bisa browning karena adanya oksigen sehingga enzim PPO (Poliphenol Oksidase) menjadi aktif, sedangkan faktor non enzimatik disebabkan karena buah apel jatuh dan menjadi memar. Pada perlakuan 0,1% asam asetat, browning bisa dihambat karena browning bisa dihambat jika pH diturunkan.




F.   Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.    Buah apel bisa mengalami browning jika terkena udara (oksigen) yang menyebabkan enzim PPO menjadi aktif.
2.    Buah apel juga bisa browning jika jatuh dan memar.
3.    Browning bisa dihambat jika pH diturunkan.


II.                PENYOKLATAN ENZIMATIK BUAH APEL IMPOR (ENZIMATIC BROWNING)

A.      Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui atau melihat proses enzimatic browning pada apel impor.

B.       Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum ini yaitu pisau, jam (stopwatch), dan gelas ukur. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu air, tisu, wadah (sterofoam), toples, apel impor, asam sitrat, asam asetat dan jaring-jaring.

C.  Cara Kerja

Langkah-langkah kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.        Semua alat dan bahan disiapkan.
2.        Dibuat larutan 0,1% asam asetat.
3.        Apel dibelah menjadi delapan bagian dan hanya enam yang digunakan.
4.        Potongan-potongan apel dimasukkan ke dalam jaring-jaring kemudian             dicelupkan ke dalam larutan asam asetat selama 30 detik.
5.        Setelah 30 detik, potongan apel diambil dan diletakkan di atas tisu.
6.        Diamati buah apel (browning) dan dicatat nilai skornya

D.      Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan untuk setiap kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Penyoklatan Buah Apel
Tingkat Penyoklatan
Waktu (menit)
Kontrol
0,1 % Asam Askorbat
0,1 % Asam sitrat
0,1 % Asam Asetat
1 % Asam Asetat
Air
0
1
1
1
1
1
1
5
1,5
1
2
1,167
1
1,5
10
2
1
2
2
1,5
1,5
15
2
2
2
2
1,83
1,5
20
2
2
2
2
2
1,5
25
2,67
2
2
2,67
2
1,5
30
2,67
2
2
3
2
1,5
35
3
2
2
3
2,167
1,5
40
3
2
2
3,33
2,5
1,5
45
3,33
2
2,83
4
2,5
1,5
50
4,167
2
3
4
2,5
1,67
55
3,83
2
3
4
2,5
1,67
60
3,83
2
3
4
2,5
1,67

E.       Pembahasan

Dalam praktikum ini, buah apel yang digunakan adalag buah apel Delicious yang merupakan buah apel impor amerika. Buah apel ini diberi 6 perlakuan, yaitu :
Kelompok 1 : Kontrol
Kelompok 2 : 0,1 % Asam Askorbat
Kelompok 3 : 0,1 % Asam Sitrat
Kelompok 4 : 0,1 % Asam Asetat
Kelompok 5 : 1 % Asam Asetat
Kelompok 6 : Air
Dalam praktikum ini, data yang diperoleh cukup beragam. Namun pada menit ke-5, buah apel yang diberi perlakuan 0,1% asam sitrat, keenam apelnya sudah terdapat beberapa bercak cokelat. Pada menit ke-30, buah apel yang diberi perlakuan 0,1% asam asetat, keenam apelnya telah tertutupi 50% coklat muda pada permukaan buah. Pada menit ke-45, buah apel pada perlakuan ini pun warna cokelatnya telah menutupi seluruh permukaan buah.

Pembuatan larutan, perhitungan dosisnya sama dengan praktikum sebelumnya. Hal ini dikarenakan larutan yang digunakan adalah larutan pada praktikum sebelumnya.

Apabila di lihat dari data pada tabel, larutan 0,1% asam asetat tidak baik untuk menghambat pencoklatan enzimatik.

F.       Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini, antara lain :
1.    Buah apel impor merupakan buah yang paling cepat mengalami pencoklatan dibandingkan dengan buah apel lokal yang digunakan pada praktikum sebelumnya.
2.    Larutan 0,1% asam asetat tidak baik untuk menghambat pencoklatan pada buah apel impor
3.    Air merupakan larutan terbaik untuk menghambat pencoklatan pada buah apel impor maupun lokal.

III.             MENGAMATI PERLAKUAN KITOSAN DAN TANPA KITOSAN PADA BUAH DUKU


A.      Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa mengetahui cara untuk memperpanjang masa simpan dengan teknik waxing (pelapisan lilin).

B.       Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum ini yaitu timbangan, hand refractometer, dan kipas angin. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu kitosan, buah duku, akuades, dan asam asetat pekat.

C.  Cara Kerja

Langkah-langkah kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.        Digunakan kitosan 2,5%
2.        Ditambahkan 10 ml asam asetat pekat
3.        Dimasukkan pada botol kecil
4.        Dimasukkan akuades 500 ml dan diaduk
5.        Ditambah akuades hingga 1000 ml
6.        Buah disortir dan diberi perlakuan dengan kitosan dan tanpa kitosan
7.        Dicelup dan diangkat dengan cepat buah dukunya
8.        Dikeringkan dengan kipas angin
9.        Diamati setiap hari sampai buah benar-benar sudah tidak layak jual


D.      Hasil pengamatan

Kelompok 1
Ulangan
Bobot awal
Bobot akhir
Rata-rata bobot
Briks
Rata-rata briks

1
167,49 gr
136,94 gr
152,215 gr
19,2 % ; 19,2% ; 19,2%
19,2%

2
187,43 gr
168,09 gr
177,76 gr
18,2% ; 18,4% ; 17,6%
18,067%

3
204,03 gr
193,06 gr
198,545 gr
18% ; 18,4% ; 18,4 %
18,267%
Kelompok 2
1
164,39 gr
132,99 gr
148,69 gr
8,6% ; 8,6% ; 8,6 %
8,6%

2
162,40 gr
146,60 gr
154,5 gr
17,9% ; 18,3 % ; 18,2%
18,13%

3
193,06 gr
175,35 gr
184,205 gr
17,3% ; 17,3 % ; 17,3%
17,3%
Kelompok 3
1
159,41 gr
142,57 gr
150,99 gr
19% ; 19,2 % ; 19,1%
19,1%

2
172,41 gr
155,01 gr
163,71 gr
19,4% ; 18,9% ; 18,8%
19,03%

3
166,91 gr
151,98 gr
159,445 gr
18,6% ; 18,4% ; 18,2%
18,4%
Kelompok 4
1
162,66 gr
135,93 gr
149,295 gr
19,4% ; 19,6% ; 19,6%
19,53%

2
175,91 gr
160,89 gr
168,4 gr
18% ; 18% ; 18,5%
18,167%

3
155,17 gr
126,21 gr
140,69 gr
19,3% ; 19,5% ; 19,5%
19,43%
Kelompok 5
1
178,08 gr
142,64 gr
162,17 gr
19,4% ; 19,2% ; 19,4%
19,33%

2
181,84 gr
146,26 gr
164,035 gr
17,8% ; 15,6% ; 17,6%
17%

3
178,77 gr
146,23 gr
250,09 gr
18,8% ; 18,6% ; 18,6%
18,67%
Kelompok 6
1
181,20 gr
141,75 gr
161,475 gr
17,2% ; 17,4% ; 17,4%
17,33%

2
188,35 gr
149,59 gr
168,97 gr
18,2% ; 18,2% ; 18,2%
18,2%

3
163,69 gr
125,64 gr
144,665 gr
18,8% ; 18,8% ; 18,8%
18,8%





E.       Pembahasan

Daalam praktikum ini dijelaskan bahwa kitosan ada 2 macam, yaitu kitosan yang berwarna putih dan kitosan yang masih kasar. Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu dapat memperpanjang masa simpan.

Dalam praktikum ini duku yang akan digunakan, dipilih duku yang masih berwarna kuning atau belum mengalami pencoklatan.

Dalam membuat kitosan, kitsan yang digunakan adalah kitosan 2,5%, hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya karena penggunaan kitosan ini efektif apabila digunakan pada jambu biji.
Untuk mendapatkan kitosan 2,5% maka cara pembuatannya adalah :
2,5 gram          = 2,5 gram
100 gram           1000 ml

Kitosan ini tidak bisa larut di dalam basa, tetapi hanya dapat larut di dalam asam, ini merupakan sifat dari kitosan. Kitosan ini tidak akan larut meskipun di aduk dengan menggunakan air.

Dalam praktikum ini, perlakuan yang diberikan adalah 3 dengan menggunakan kitosan, dan 3 tanpa kitosan.

Setelah buah duku presentase nya mencapai 50%, maka langkah selanjutnya adalah mengukur kadar kemanisan pada buah duku tersebut dengan mengunakan alat hand refractometer . Alai ini berfungsi dalam mengukur presentase padatan terlarut pada buah seperti sukrosa dan fruktosa.





F.       Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik setelah melakukan praktikum ini, antara lain :
1.        Buah duku dengan perlakuan kitosan tidak sebaik hasilnya dengan perlakuan tanpa kitosan, karena buah yang diberi kitosan, masa simpannya tidak selama             buah duku yang diberi air
2.        Perlakuan kitosan tidak cocok digunakan pada buah duku
3.        Bobot buah pada saat buah sudah jelek cenderung menurun





LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
(Panen dan pasca panen)



Oleh
Kelompok 4

Andrian Syatiaka                    0914013072
Wanty Pristiarini                     0914013056
Iriany Matande Makka            0914013031
Nadia agustina                        0814013182


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar